Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang, Jawa Tengah berupaya memastikan negara hadir di tengah masyarakat, terlebih saat warga dalam kondisi paling rentan, dengan menghadirkan rumah singgah di Jalan Sudirman Kota Magelang itu, sehingga menjadi harapan baru untuk daerah setempat lebih inklusif.
Wali Kota Magelang Damar Prasetyono di Magelang, Kamis, menyampaikan rumah singgah menjadi wujud kepedulian dan perlindungan bagi mereka yang menghadapi situasi darurat sosial, baik penyandang disabilitas terlantar, warga yang tidak memiliki tempat tinggal, maupun korban kekerasan dan penelantaran.
"Jadi Kota Magelang itu kota inklusif, ramah bagi semua, sampai rumah singgah pun ada dan sangat layak," katanya usai meluncurkan Rumah Singgah dan Penyerahan Bantuan Permakanan Bagi Lansia di halaman Rumah Singgah tersebut.
Ia menjelaskan sejauh ini rumah singgah dapat menampung masyarakat rentan dari mana saja. Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal sementara, sarana rehabilitasi sosial dasar, dan ruang pemulihan bagi mereka yang membutuhkan layanan lanjutan di luar.
Ia memastikan Dinas Sosial (Dinsos) bersama seluruh pihak terkait menjalankan layanan dengan pendekatan rehabilitasi sosial dasar yang terstruktur, mulai dari asesmen awal dan lanjutan, pembinaan sosial dasar, pemberian alat bantu dan perbekalan, fasilitasi dokumen kependudukan, serta akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, hingga pemulihan kepercayaan diri.
"Kota Magelang yang kita cita-citakan bukan hanya kota yang tumbuh, tetapi kota yang tumbuh bersama. Bukan hanya kota yang kuat, tetapi kota yang menguatkan mereka yang lemah," ungkapnya.
Kepala Dinsos Kota Magelang Bambang Nuryanta menyampaikan kehadiran rumah singgah merupakan implementasi program unggulan dari Wali Kota dan Wakil Wali kota Magelang tahun 2025-2030.
Sasaran penerima manfaat pelayanan rumah singgah, yakni pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.
"Kemudian PPKS yang rentan mengalami tindak kekerasan dari lingkungannya dan yang masih memiliki keluarga tetapi berpotensi mengalami tindak kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran," katanya.
Ia menyebutkan pembangunan rumah singgah ini terlaksana dengan dukungan bantuan keuangan dana APBD Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp1,5 miliar.
Rumah singgah ini memiliki fasilitas di antaranya ruang pelayanan, ruang dapur, ruang gudang, ruang isolasi penerima manfaat laki-laki/perempuan, ruang pelayanan penerima manfaat laki-laki/perempuan, dan kamar mandi.