Jubir Kemenag: Moderasi beragama untuk perkuat sikap toleransi
Rembang (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbi menegaskan bahwa moderasi beragama perlu digaungkan secara terus menerus karena bertujuan untuk memperkuat sikap toleransi antarumat beragama.
"Karena moderasi beragama bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang punya pemahaman yang baik terhadap agamanya masing-masing, sehingga menghasilkan masyarakat yang moderat dan toleran," ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi moderasi beragama di aula Klenteng Hok Tik Bio di Desa Sumberrejo, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang Jawa Tengah, Selasa.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, Kepala Pusat Bimbingan Khonghucu Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI Susari, Ketua Tim Organisasi Tata Laksana Kantor Wilayah Kementerian Agama Jateng Nur Kholis, Kepala Kemenag Kabupaten Rembang Moh Muchson, dan Kabid Pendidikan Konghucu Kemenag Rembang Suparno.
Ia mengakui program moderasi beragama memang sudah berlangsung sejak tahun 2020, namun masih perlu disosialisasikan di masyarakat secara masif.
Jika sebelumnya hanya digelar di internal Kementerian Agama, kata dia, nantinya moderasi beragama akan ditingkatkan di kementerian dan lembaga lain karena memiliki semangat mempersatukan dan menghargai keragaman.
"Ini merupakan salah satu bukti negara hadir melakukan mitigasi untuk pencegahan potensi terjadinya konflik," ujarnya.
Melalui moderasi beragama, dia juga berharap, kaum minoritas dari sisi jumlah di daerah tertentu juga akan diupayakan adanya pelayanan yang sama supaya hak-hak mereka terpenuhi.
Sejak bergulirnya program moderasi beragama hingga sekarang, kata dia, negara Indonesia juga relatif aman, yang dibuktikan masih banyaknya investor yang berinvestasi di Tanah Air.
"Makanya kita harus memupuk kerukunan umat beragama, seperti halnya yang diperlihatkan umat beragama di Kabupaten Rembang, Jateng," ujarnya.
Kepala Kemenag Kabupaten Rembang Moh Muchson menjelaskan bahwa moderasi beragama bukan agamanya yang menjadi sasaran moderasi, melainkan cara pandang terhadap agama yang dimoderasi.
"Kalau memahami ajaran agama, apapun agamanya tentu pesannya tentang keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Intinya memberikan sumbangsih untuk kehidupan manusia," ujarnya.
Menurut dia moderasi beragama sudah lama dipraktikkan. Bahkan, Sunan Kudus sudah mengajarkan kepada Muslim di Kabupaten Kudus untuk menghormati umat Hindu dengan tidak menyembelih sapi.
"Karena bagi umat Hindu, sapi merupakan hewan ternak yang dimuliakan. Namun, belakangan pemahaman moderat terganggu di antaranya karena adanya pemahaman radikal karena membentuk kelompok eksklusif," ujarnya.
Hal demikian, kata dia, tentunya menjadi kewaspadaan bersama untuk melakukan upaya supaya pemahaman radikal tidak berkembang. Di antaranya dengan mengembangkan pola beragama yang moderat.
Setelah diskusi, dilanjutkan penyerahan buku untuk umat Khonghucu yang ada di Kabupaten Rembang. ***3***
Baca juga: UPZ Semen Gresik guyur 500 ribu liter air ke daerah kekeringan Rembang
"Karena moderasi beragama bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang punya pemahaman yang baik terhadap agamanya masing-masing, sehingga menghasilkan masyarakat yang moderat dan toleran," ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi moderasi beragama di aula Klenteng Hok Tik Bio di Desa Sumberrejo, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang Jawa Tengah, Selasa.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, Kepala Pusat Bimbingan Khonghucu Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI Susari, Ketua Tim Organisasi Tata Laksana Kantor Wilayah Kementerian Agama Jateng Nur Kholis, Kepala Kemenag Kabupaten Rembang Moh Muchson, dan Kabid Pendidikan Konghucu Kemenag Rembang Suparno.
Ia mengakui program moderasi beragama memang sudah berlangsung sejak tahun 2020, namun masih perlu disosialisasikan di masyarakat secara masif.
Jika sebelumnya hanya digelar di internal Kementerian Agama, kata dia, nantinya moderasi beragama akan ditingkatkan di kementerian dan lembaga lain karena memiliki semangat mempersatukan dan menghargai keragaman.
"Ini merupakan salah satu bukti negara hadir melakukan mitigasi untuk pencegahan potensi terjadinya konflik," ujarnya.
Melalui moderasi beragama, dia juga berharap, kaum minoritas dari sisi jumlah di daerah tertentu juga akan diupayakan adanya pelayanan yang sama supaya hak-hak mereka terpenuhi.
Sejak bergulirnya program moderasi beragama hingga sekarang, kata dia, negara Indonesia juga relatif aman, yang dibuktikan masih banyaknya investor yang berinvestasi di Tanah Air.
"Makanya kita harus memupuk kerukunan umat beragama, seperti halnya yang diperlihatkan umat beragama di Kabupaten Rembang, Jateng," ujarnya.
Kepala Kemenag Kabupaten Rembang Moh Muchson menjelaskan bahwa moderasi beragama bukan agamanya yang menjadi sasaran moderasi, melainkan cara pandang terhadap agama yang dimoderasi.
"Kalau memahami ajaran agama, apapun agamanya tentu pesannya tentang keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Intinya memberikan sumbangsih untuk kehidupan manusia," ujarnya.
Menurut dia moderasi beragama sudah lama dipraktikkan. Bahkan, Sunan Kudus sudah mengajarkan kepada Muslim di Kabupaten Kudus untuk menghormati umat Hindu dengan tidak menyembelih sapi.
"Karena bagi umat Hindu, sapi merupakan hewan ternak yang dimuliakan. Namun, belakangan pemahaman moderat terganggu di antaranya karena adanya pemahaman radikal karena membentuk kelompok eksklusif," ujarnya.
Hal demikian, kata dia, tentunya menjadi kewaspadaan bersama untuk melakukan upaya supaya pemahaman radikal tidak berkembang. Di antaranya dengan mengembangkan pola beragama yang moderat.
Setelah diskusi, dilanjutkan penyerahan buku untuk umat Khonghucu yang ada di Kabupaten Rembang. ***3***
Baca juga: UPZ Semen Gresik guyur 500 ribu liter air ke daerah kekeringan Rembang