Boyolali (ANTARA) - Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Drh Afiany Rifdania mengatakan perlu adanya sinergi antara pemerintah daerah dengan masyarakat atau peternak untuk menekan kasus Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbentol yang menyerang hewan ternak sapi.
"Jumlah suspek kasus LSD di Boyolali rata-rata dalam sepekan bertambah sekitar 100 hingga 200 kasus yang penyebarannya melalui vektor yakni lalat, nyamuk, dan kutu hewan ternak," kata Afiany Rifdania, di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis.
Untuk itu, ujar dia, masyarakat perlu kerja sama dengan pemerintah daerah melalui Disnakkan yang membagikan bantuan disinfektan guna menjaga kebersihan kandang ternak dan mengurangi vektor, sehingga kemungkinan tertular sangat kecil.
Ia menambahkan, kasus LSD tersebut penyebaran tidak seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) karena LSD masih bisa ditekan.
Disnakkan Kabupaten Boyolali membantu pengobatan ternak dan vaksinasi kemudian memberikan bantuan disinfektan. Namun masyarakat juga bisa kerja sama untuk disinfektan pembersihan kandang setiap hari dan memberikan pakan ternak yang sehat.
"Jadi penanganan kasus LSD ini, harus ada sinergi Disnakkan dengan masyarakat. Jadi kami harus ada kerja sama masyarakat dalam hal mempertahankan populasi ternak sapi supaya tidak turun akibat penyakit menular," katanya.
Populasi hewan ternak sapi di Boyolali pada 2022 akibat kasus PMK menurun menjadi 160.431 ekor yang terdiri atas sapi potong sebanyak 99.727 ekor dan sapi perah 60.604 ekor. Pihaknya berharap populasi sapi tahun ini bisa naik sekitar 20 persen.
Menyinggung soal vaksinasi kasus LSD tersebut, kata dia, jumlahnya terbatas dan secara nasional hanya 100.000 hingga 150.000 dosis yang dibagi untuk seluruh kabupaten kota di Indonesia yang terkena.
"Kuota vaksin kasus LSD ini, di Jateng hanya minim yakni sebanyak 15.000 dosis. Boyolali pada periode dua hanya dapat 400 dosis sehingga totalnya sudah menerima 4.300 dosis. Kami sejak awal tahun ini, sudah melakukan vaksinasi, sehingga stoknya di Boyolali menipis," katanya.
Menurut dia, salah satu cara yang dinilai baik untuk menekan jumlah penyebaran penyakit berbasis virus antara lain dengan vaksinasi. Sementara itu, Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lusia Dyah Suciati menambahkan jumlah suspek kasus LSD pada hewan ternak sapi di Boyolali, Selasa (28/2), bertambah 44 kasus sehingga totalnya menjadi 1.735 kasus. Ternak yang positif LSD melalui tes laboratorium ada 32 kasus.
"Jumlah ternak sapi yang sembuh dari LSD sebanyak 76 kasus sehingga tersisa yang suspek LSD sebanyak 1.659 kasus," katanya.