Akademisi UNS: Sinergi PT dan dunia industri ciptakan SDM unggul
Program kewirausahaan harus benar-benar didorong karena kewirausahaan memiliki peran penting untuk mengisi gap antara dunia universitas dan dunia industri
Solo, Jateng (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Dr Prabang Setyono menyatakan sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia industri mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul.
Guru Besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Rabu mengatakan revolusi industri 4.0 berdampak pada perubahan di segala aspek kehidupan.
"Salah satunya terjadi pergeseran dalam desain pengembangan SDM," katanya.
Kondisi tersebut, menurut dia menuntut lembaga pendidikan mampu menciptakan SDM yang unggul, berkualitas, dan mampu bersaing.
"Oleh karena itu, perlu sinergi kebijakan antara perguruan tinggi dengan dunia industri serta dunia kerja. Dengan demikian, dapat tercipta ekosistem yang gesit," katanya.
Terkait kondisi tersebut, kata dia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sudah mendorong tranformasi di bidang pendidikan.
Baca juga: PLN gandeng UNS dorong konversi energi impor ke energi domestik
Ia mengatakan melalui mata kuliah kewirausahaan, mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman belajar di luar kampus.
"Program kewirausahaan harus benar-benar didorong karena kewirausahaan memiliki peran penting untuk mengisi gap antara dunia universitas dan dunia industri," katanya.
Selain itu, katanya, pada proses pembelajaran tidak lagi mengacu pada satu subyek pengetahuan, tidak lagi dikotak-kotakkan, bersifat fleksibel, dan mampu menjangkau seluruh subjek pengetahuan.
"Ada juga perubahan dari 'theory building' ke 'problem solving', yang mana tidak hanya fokus pada penyampaian teori tetapi juga praktik. Mahasiswa diajarkan bagaimana cara menyelesaikan sesuatu serta melihat permasalahan sosial sebagai 'problem solver'," katanya.
Ia mengatakan yang tidak kalah penting adalah peralihan dari analog ke digital menyusul makin banyaknya orang yang menyelesaikan berbagai macam urusan dengan memanfaatkan kemudahan digital dibandingkan melakukannya secara fisik.
"Dalam hal ini lebih menekankan pada 'digital skill', 'native skill'. Ini berarti terdapat penambahan elemen baru yaitu peran masyarakat dan interaksi dengan lingkungan alam dalam menciptakan pembangunan ekonomi dan pembentukan inovasi baru. Di mana inovasi tersebut berasal dari interaksi kolaborasi antaruniversitas dengan industri, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan alami," demikian Prabang Setyono.
Baca juga: Jasa Raharja-UNS Surakarta sinergi tingkatan keselamatan berlalu lintas
Baca juga: Dampingi Jokowi resmikan Menara Ki Hadjar Dewantara UNS, Ganjar gaungkan toleransi dan Pancasila
Guru Besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Rabu mengatakan revolusi industri 4.0 berdampak pada perubahan di segala aspek kehidupan.
"Salah satunya terjadi pergeseran dalam desain pengembangan SDM," katanya.
Kondisi tersebut, menurut dia menuntut lembaga pendidikan mampu menciptakan SDM yang unggul, berkualitas, dan mampu bersaing.
"Oleh karena itu, perlu sinergi kebijakan antara perguruan tinggi dengan dunia industri serta dunia kerja. Dengan demikian, dapat tercipta ekosistem yang gesit," katanya.
Terkait kondisi tersebut, kata dia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sudah mendorong tranformasi di bidang pendidikan.
Baca juga: PLN gandeng UNS dorong konversi energi impor ke energi domestik
Ia mengatakan melalui mata kuliah kewirausahaan, mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman belajar di luar kampus.
"Program kewirausahaan harus benar-benar didorong karena kewirausahaan memiliki peran penting untuk mengisi gap antara dunia universitas dan dunia industri," katanya.
Selain itu, katanya, pada proses pembelajaran tidak lagi mengacu pada satu subyek pengetahuan, tidak lagi dikotak-kotakkan, bersifat fleksibel, dan mampu menjangkau seluruh subjek pengetahuan.
"Ada juga perubahan dari 'theory building' ke 'problem solving', yang mana tidak hanya fokus pada penyampaian teori tetapi juga praktik. Mahasiswa diajarkan bagaimana cara menyelesaikan sesuatu serta melihat permasalahan sosial sebagai 'problem solver'," katanya.
Ia mengatakan yang tidak kalah penting adalah peralihan dari analog ke digital menyusul makin banyaknya orang yang menyelesaikan berbagai macam urusan dengan memanfaatkan kemudahan digital dibandingkan melakukannya secara fisik.
"Dalam hal ini lebih menekankan pada 'digital skill', 'native skill'. Ini berarti terdapat penambahan elemen baru yaitu peran masyarakat dan interaksi dengan lingkungan alam dalam menciptakan pembangunan ekonomi dan pembentukan inovasi baru. Di mana inovasi tersebut berasal dari interaksi kolaborasi antaruniversitas dengan industri, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan alami," demikian Prabang Setyono.
Baca juga: Jasa Raharja-UNS Surakarta sinergi tingkatan keselamatan berlalu lintas
Baca juga: Dampingi Jokowi resmikan Menara Ki Hadjar Dewantara UNS, Ganjar gaungkan toleransi dan Pancasila