Banjarnegara (ANTARA) - Hampir setiap hari hujan datang menyapa warga Banjarnegara, Jawa Tengah, menyisakan langit sore yang kelabu dan aroma tanah basah yang berpadu.
Gemericik bunyi rintik dari balik jendela, menjadi penanda bahwa musim hujan telah tiba, saatnya lebih waspada menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menginformasikan bahwa berdasarkan kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2018, diketahui wilayah ini memiliki 204 desa dengan status risiko ringgi tanah longsor.
Baca juga: Tingkatkan kesiapsiagaan, Pemkab Banjarnegara perkuat program desa tangguh bencana
Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Budi Wahyono mengatakan berdasarkan data tersebut pihaknya terus melakukan sejumlah upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana.
Terlebih lagi saat musim hujan, program mitigasi bencana makin diintensifkan. Tingginya intensitas curah hujan dikhawatirkan dapat meningkatkan potensi tanah longsor.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana tanah longsor dengan mengintensifkan program desa tangguh bencana atau destana.
Pengembangan desa tangguh bencana merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana yang berbasis masyarakat. Kunci penting dalam program ini adalah masyarakat itu sendiri.
Dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa Tangguh Bencana diketahui bahwa pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah segala bentuk upaya untuk mengurangi ancaman bencana dan kerentanan masyarakat.
Upaya tersebut juga bertujuan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama.
Dalam program desa tangguh bencana tersebut, masyarakat didorong untuk terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, mengevaluasi hingga mengurangi risiko-risiko bencana yang ada di wilayah mereka masing-masing, terutama dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Melalui program itu pula, diharapkan desa sasaran akan memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan kemampuan untuk menghadapi kemungkinan atau ancaman bencana.
Selain itu, warga di desa tersebut juga diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman bencana di wilayahnya serta mampu mengorganisasi sumber daya masyarakat yang tersedia, untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus juga meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.
Tingkatkan kesiapsiagaan
Hingga November 2020, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah membentuk 59 desa tangguh bencana yang tersebar di beberapa kecamatan yang tentu saja tujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di wilayah setempat menghadapi bencana alam.
Program tersebut merupakan bagian dari rencana pembangunan jangka menengah Pemkab Banjarnegara, yang menargetkan akan membentuk 195 desa tangguh bencana.
Budi Wahyono mengatakan hingga saat ini terbentuk 59 destana dari target total 195 desa tangguh bencana.
Ke depan, pihaknya berharap target tersebut akan segera dapat terpenuhi.
"Hal ini sangat penting mengingat sejumlah wilayah di Banjarnegara rawan bencana tanah longsor. Pembentukan desa tangguh bencana menurut kami merupakan langkah yang ideal. Masyarakat nantinya diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman bencana di wilayahnya masing-masing, terutama mereka yang tinggal di lokasi yang rawan longsor," katanya.
Kesiapan masyarakat di desa tersebut menurut dia sangat penting, terutama dalam rangka mengetahui langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak risiko bencana di wilayah tempat tinggal masing-masing.
"Masyarakat didorong untuk memiliki peran yang strategis karena jika terjadi bencana alam di wilayah tempat tinggal, yang pertama bergerak adalah masyarakat itu sendiri," katanya.
Mengingat peranan penting program desa tangguh bencana tersebut, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara berkomitmen untuk terus berupaya mencapai target pembentukan destana di wilayah-wilayah sasaran di daerah itu.
Program Wajib
Sementara itu, Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Bencana Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Indra Permanajati menambahkan bahwa desa tangguh bencana merupakan program yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat di suatu wilayah.
Menurut dia, pada masa mendatang program desa tangguh bencana tersebut perlu menjadi program yang wajib diterapkan di daerah-daerah, terutama pada area yang rawan terjadi bencana.
Pasalnya, peningkatan kapasitas masyarakat dianggap penting guna memberikan dampak terhadap pengurangan risiko bencana.
"Sumber daya manusia sebagai bagian dari penanganan bencana memegang peranan yang sangat penting. Karena dengan adanya sumber daya manusia yang tangguh bencana, maka kemungkinan dapat mencegah atau mengurangi dampak bencana itu sendiri, sehingga ini perlu menjadi program wajib yang harus terus dikembangkan pada kemudian hari," katanya.
Konsep penanganan bencana pada saat ini, ucap dia, memang harus dimulai dari komunitas lokal yang tangguh bencana, dari desa-desa yang ada.
Dengan komunitas lokal yang nantinya berkembang, maka akan menjadi komunitas yang lebih luas lagi untuk penanganan bencana dengan skala yang jauh lebih besar.
"Seperti contoh dalam kasus-kasus banjir, kita harus optimis banjir akan bisa diatasi dengan menerapkan peningkatan kapasitas lokal secara optimal seperti peningkatan kebersihan lingkungan, peningkatan reboisasi di lingkungan, program jaga rumah, program jaga longsor, program aman banjir dan lain sebagainya," katanya.
Dengan adanya peningkatan kapasitas lokal masyarakat, pada akhirnya dapat mendukung program-program mitigasi bencana yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah.
Mengingat pentingnya program tersebut, diharapkan pada masa mendatang pembentukan desa tangguh bencana dapat makin terus digencarkan di seluruh daerah.
Melalui program mitigasi berbasis masyarakat ini, diharapkan upaya pengurangan risiko bencana akan makin efektif dan juga dapat sejalan dengan visi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yakni meningkatkan ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana.
Dan tentu saja, program desa tangguh bencana ini akan makin meningkatkan pemahaman masyarakat serta membumikan lagi jargon yang berisikan kalimat, "Kita jaga alam, maka alam akan jaga kita".
Baca juga: BPBD Kudus bentuk empat desa tangguh bencana
Baca juga: Kurangi risiko bencana, Jateng percepat pembentukan Desa Tangguh Bencana
Baca juga: Tingkatkan kesiapsiagaan, BPBD Banjarnegara latih relawan desa tangguh bencana
Berita Terkait
BPBD Banyumas salurkan bantuan logistik korban banjir
Selasa, 3 Desember 2024 16:33 Wib
Cilacap banjir, 3.206 jiwa terdampak di enam desa
Selasa, 3 Desember 2024 13:59 Wib
BPBD Banyumas dirikan pos lapangan tangani banjir
Senin, 2 Desember 2024 15:27 Wib
Banjir landa Thailand, korban tewas jadi 12 orang
Senin, 2 Desember 2024 11:17 Wib
BMKG imbau warga Jateng selatan siaga dampak hujan lebat
Minggu, 1 Desember 2024 12:12 Wib
KPU Batang pastikan distribusi logistik titik rawan bencana lancar
Senin, 25 November 2024 16:48 Wib
Wali Kota Semarang minta lurah mitigasi TPS di daerah rawan bencana
Kamis, 21 November 2024 23:27 Wib
KPU Batang petakan titik rawan bencana distribusi logistik pilkada
Kamis, 21 November 2024 19:49 Wib