Solo (Antaranews Jateng) - Siswa program Boarding School Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta berhasil menciptakan robot pendeteksi posisi korban yang masih hidup di lokasi bencana alam.
Dua siswa tersebut yakni Amadeo Ahnaf, Kelas XI IPA 1 dan Salma Sonia J. Sagiri, Kelas XI IPA 2, yang menciptakan robot pencari korban bencana alam yang selamat, kata Prihantoro Eko Sulistyo, guru Fisika dan pendamping siswa MAN 1 Surakarta di Solo, Rabu.
Robot tersebut dinamakan Robot Survivor.
Prihantoro Eko Sulistyo menyatakan robot ciptaan dua siswa MAN 1 Surakarta tersebut mengikuti kompetisi robotik tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama.
Kegiatan ini sudah memasuki tahun keempat, tetapi siswanya baru mengikuti kompetisi dua tahun terakhir.
MAN 1 Surakarta, kata Prihantoro, pada kompetisi 2017 berhasil juara satu kontes robot tempat sampah kategori rancang bangun mekanika atau discovery robot yang diselenggarakan oleh Kemenag di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Lalu Tim MAN 1 Surakarta maju pada kompetisi 2018 dengan tema besar tentang mitigasi bencana. Pihaknya membuat gagasan dari kejadian bencana alam yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah dengan menciptakan robot pencari korban selamat.
Robot Survivor ciptaan Amadeo Ahnaf dan Salma Sonia Jneina Sagiri tersebut berhasil meraih juara tiga dalam kompetisi robotik tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama pada tanggal 3-4 November 2018 di Depok sekaligus meraih predikat "the best original idea".
Salma Sonia Jneina Sagiri mengatakan Indonesia merupakan negara yang terletak di antara tiga lempengan tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik sehingga sering dilanda bencana alam seperti gempa dan gunung meletus.
Peristiwa bencana alam belum lama di Indonesia diguncang gempa dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Suwalesi Tengah (Sulteng). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang terjadi pada 28 September 2018 menimbulkan gelombang tsunami. Bencana itu, telah mengakibatkan bangunan rusak dan memakan ribuan korban jiwa meninggal, luka-luka, dan hilang.
Menurut Salma, berdasarkan latar belakang tersebut dirinya bersama Amadeo Ahnaf terpanggil untuk membuat robot untuk membantu tim SAR dalam mencari korban yang masih hidup yang diberi nama "The Survivor".
"Robot ini mampu mengidentifikasi posisi korban yang masih hidup di lokasi bencana karena dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi suhu tubuh manusia. Robot itu akan memudahkan tim SAR dan relawan untuk mengevakuasi korban," kata Salma yang mendapat pedali perunggu tingkat nasional "Robotics Competition 2018".
Menurut Salma, untuk membuat Robot Survivor tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp6 juta. Komponen robot survivor ini meliputi, ultrasonic sensor SRF05, adrafruit AMG88331R thermal camera, compass sensor HMC5883L, IC2560 board with arduino mega 2560, standard servo, rover 5 robot chassis dan 800mAh Li-Po battery 12 V.
Robot tersebut mampu mendeteksi suhu badan korban bencana alam yang selamat tertimbun reruntuhan dengan radius sekitar tujuh meter. Suhu tubuh yang mampu terdeteksi robot ini adalah 30-40 derajat celcius.
"Untuk membuat robot survivor ini tidak mudah. Kami membutuhkan waktu selama satu bulan untuk menyelesaikan robot ini. Kami sempat mengalamu kesulitan ketika merancang penjepit komponen robot itu," kata Salma.