Jakarta (Antaranews Jateng) - Perusahaan global penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi Huawei mendukung upaya pemulihan jaringan telekomunikasi yang terdampak bencana gempa berkekuatan 7,0 skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8).
“Sejak bencana gempa mengguncang Lombok pada Minggu, kami terus mendukung upaya pemulihan jaringan telekomunikasi milik operator seluler. Kami menyadari pentingnya fungsi infrastruktur telekomunikasi dalam setiap aktivitas manajemen bencana,” kata GM Arena Jateng, Jatim, Balinusa, Huawei Indonesia, Syarbeni.
Huawei mengerahkan 16 teknisi senior yang terlibat dalam 49 tim guna membantu pemulihan jaringan operator yang terdampak, katanya dalam siaran pers Huawei, akhir pékan ini.
Menurut Syarbeni, saat bencana gempa terjadi, sebanyak 542 titik base tranceiver station (BTS) dari 1.133 BTS yang didukung Huawei di Pulau Lombok mengalami gangguan atau tidak berfungsi akibat pasokan listrik yang sempat terganggu.
Kondisi tersebut telah menjadikan beberapa jaringan operator telekomunikasi tidak dapat digunakan untuk sementara waktu.
Sebagai resolusi, Huawei berkoordinasi internal secara intensif, juga dengan pihak operator terkait, membentuk satuan tugas bencana alam, dan menerapkan sistem pelaporan berkala atas kondisi dan stabilitas jaringan yang terdampak gempa.
“Dalam waktu 96 jam, sebanyak 502 BTS sudah dapat dipulihkan. Kondisi per hari ini, 92,6 persen jaringan sudah beroperasi secara normal. Meski demikian, kami tetap melakukan pantauan secara berkala sebagai upaya mengantisipasi dampak serta risiko gempa susulan,” kata Syarbeni.
Syarbeni menjelaskan bahwa dengan teknologi real-time monitoring Huawei dapat membantu operator memantau kondisi dan memastikan stabilitas jaringan dengan mudah, sekaligus membantu upaya pemulihan yang diperlukan dengan cepat agar layanan komunikasi yang disediakan oleh operator telekomunikasi dapat kembali normal.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa bumi terjadi pada hari Minggu (5/8) pukul 18:46:35 WIB dan gempa susulan terakhir berkekuatan 6,2 SR kembali terjadi pada Kamis pukul 12.25 WIB.
Hingga Kamis pagi (9/8), BMKG mencatat telah terjadi 355 kali gempa susulan di sekitar lokasi awal gempa. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pun masih memberlakukan periode tanggap darurat hingga Sabtu, 11 Agustus 2018.