Chicago, ANTARA JATENG - Sekira satu dari 10 perempuan hamil terjangkit virus Zika berisiko memiliki janin atau bayi cacat bawaan, yang memberikan gambaran jelas tentang bahaya infeksi Zika selama kehamilan, demikian laporan peneliti Amerika Serikat (AS).
"Zika terus menjadi ancaman bagi perempuan hamil di seluruh AS," kata Dr Anne Schuchat, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC).
Ia menimpali, "Dengan cuaca hangat dan musim nyamuk baru, maka pencegahan sangat penting untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi."
Laporan CDC itu menjadi ulasan pertama berdasarkan riset terhadap sekelompok perempuan AS secara jelas dan memastikan hasil uji paparan Zika selama kehamilan.
Zika, yang semula dianggap penyakit ringan, menjadi wabah besar virus yang dimulai di Brazil pada 2015. Kemudian, virus Zika juga menyebar ke AS.
Riset berkesinambungan ternyata memperlihatkan virus nyamuk yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak dan membuat mikrosefalus atau ukuran kepala bayi di bawah normal, jika perempuan terpapar selama kehamilan.
Bayi yang terkena Zika dapat memiliki sindrom bawaan meliputi kelainan otak, masalah penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan gerak anggota badan.
Penelitian tersebut berasal dari laporan kehamilan dengan Zika di CDC, yang meliputi data dari daratan AS dan semua wilayahnya, kecuali Puerto Rico.
Para peneliti menganalisa data pada hampir 1.000 kehamilan pada 2016 di antara perempuan yang memiliki beberapa gejala dari infeksi Zika.
Sebagian besar dari mereka terinfeksi akibat melakukan perjalanan ke daerah di mana virus itu aktif menyebar.
Dari 1.000 orang ada 51 individu atau sekira 5% memiliki bayi atau janin dengan satu atau lebih yang cacat lahir terkait Zika.
Oleh karena keterbatasan pengujian, CDC mengumumkan hanya tes yang dilakukan dalam beberapa pekan pertama Zika yang dapat menguji keberadaan virusnya, demikian laporan Reuters.
Lembaga tersebut juga menganalisa 250 perempuan dengan hasil tes definitif untuk Zika. Di antaranya, sekira satu dari 10 wanita itu memiliki janin atau bayi dengan cacat lahir.
Risiko tersebut bahkan lebih tinggi pada perempuan yang terinfeksi saat trimester pertama kehamilan, di mana 15 persen kehamilan mengakibatkan janin atau bayi dengan cacat lahir bawaan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tiga dari empat bayi yang terpapar Zika belum menerima pencitraan otak setelah lahir untuk mendiagnosa cacat lahir.
"Kami tahu bahwa beberapa bayi memiliki cacat otak bawaan, yang tidak terlacak saat lahir. Karena, kami tidak memiliki laporan pencitraan otak untuk sebagian besar bayi, data kami saat ini mungkin secara berarti meremehkan dampak Zika," kata Peggy Honein PhD, MPH dari CDC.