Mereka antara lain menyuguhkan sejumlah nomor musik kontemporer menggunakan sejumlah alat musik modern dan tradisional, mainan anak, serta beberapa alat lainnya seperti sapu lidi dan balon.
Sejumlah nomor eksplorasi musik tersebut antara lain berjudul "Salon Plus-Plus", "Lakang Irama", "Wetu Budeg", "Gelembung Tawa", "Obat Kuat dan Geliat Sapu Lidi", serta "Hura-Hura Klenik".
Pemusik YCF yang tampil pada pergelaran bertajuk "Eksplorasi Bunyi sebagai Stimulus dalam Berkarya" itu, antara lain Herry, Putut, Chozin, Sekar, Raka, Seto, Aldi, Nike, Gembul, Dani, Adam, Islah, Bayu, Indra, Fierly, dan Nana.
Kalangan seniman, pemerhati, seni, dan budayawan khususnya di Magelang, dan sekitar Candi Borobudur menyaksikan pergelaran tersebut. Terlihat hadir antara lain musisi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Memet Chairul Slamet, budayawan Komunitas Lima Gunung ( (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Magelang Sutanto Mendut, pelukis Borobudur Dedy Paw, dan Direktur Bentara Budaya Jakarta Hariyadi SN.
Pada pergelaran yang berlangsung hingga tengah malam itu, seniman petani Komunitas Lima Gunung turut menyuguhkan tarian "Kuda Lumping" dan "Topeng Ireng".
Seorang anggota YCF, Nike Effendi, mengatakan pergelaran tersebut sebagai ekspresi kegelisahan para anggota untuk menyuguhkan suatu karya musik kontemporer. Forum itu berdiri pada 12 Oktober 2012 di Yogyakarta dengan anggota berasal dari berbagai kota di Indonesia.
"Di tempat ini kami menjadikan kesempatan mengekspresikan kegelisahan untuk berkarya melalui musik," kata Nike yang juga Sekretaris YCF itu.
Memet mengemukakan suguhan tersebut menunjukkan niat mereka yang masih tergolong pemusik muda untuk secara jujur berkarya. Mereka adalah bagian dari generasi muda yang akan meramaikan jagat musik Indonesia pada masa mendatang.
"Mereka tampil dengan bagus, nekat, ada ide-ide narsis dan kreatif. Ini penting menjadi catatan," katanya.
Hariyadi menyebut pergelaran cukup menarik oleh kelompok tersebut sebagai eksperimental dan bagian dari kristalisasi atas ilmu pengetahuan yang selama ini mereka pelajari.
"Teman-teman ini mengekspresikan diri melalui karya-karya yang dipentaskan dalam rangka memupuk identitas. Setiap seniman memiliki kebutuhan kejelasan, kematangan identitas yang terus menerus dicari," katanya.