Cilacap (ANTARA) - Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Budi Setyawan mengatakan musim kemarau 2025 tidak memicu terjadinya bencana kekeringan di kabupaten itu.
"Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada musim kemarau tahun ini tidak ada kekeringan di Cilacap karena sering terjadi hujan sehingga biasa disebut kemarau basah," katanya di Cilacap, Rabu.
Kendati demikian dia mengakui BPBD Cilacap sempat menyalurkan bantuan air bersih untuk warga di Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten.
"Itu pun hanya satu kali, sebanyak tiga tangki setara 15.000 liter dan disalurkan pada tanggal 4 Agustus. Hingga saat ini belum ada penyaluran bantuan air bersih lagi," katanya.
Jika melihat perkembangan cuaca hingga saat ini yang masih sering turun hujan, kata dia, kecil kemungkinan adanya wilayah yang mengalami kekeringan.
Bahkan, lanjut dia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan wilayah Cilacap akan segera memasuki masa peralihan dari kemarau menuju musim hujan pada pertengahan hingga akhir Oktober 2025.
"Dengan demikian wilayah Cilacap diprakirakan memasuki awal musim hujan pada bulan Oktober. Namun kami masih terus memantau perkembangan cuaca ke depan," kata Budi.
Dalam kesempatan terpisah Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho mengatakan hingga saat ini belum ada wilayah di Banyumas yang terdampak kekeringan pada musim kemarau 2025.
Menurut dia, hal itu disebabkan hujan masih sering terjadi di seluruh wilayah itu selama musim kemarau.
"Belum ada laporan terkait kekeringan dan kami juga belum menyalurkan bantuan air bersih," kata Budi Nugroho yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Banyumas.
Terkait dengan kondisi tersebut, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan musim kemarau 2025 di Jateng bagian selatan, khususnya Kabupaten Cilacap dan sekitarnya, disertai dengan curah hujan di atas normal, meskipun secara klimatologis periode Juni hingga September merupakan musim kemarau.
Namun, lanjutnya, pantauan menunjukkan curah hujan pada Juni hingga Agustus 2025 masih melampaui ambang batas musim kemarau yakni 150 milimeter per bulan.
"Dari data yang ada, musim kemarau di Cilacap tahun ini hanya terjadi satu hingga dua bulan, itu pun curah hujannya masih masuk kategori di atas normal," katanya.
Ia mengatakan data BMKG mencatat curah hujan di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap, antara lain Kecamatan Cilacap Tengah pada Juni 281 mm, Juli 67 mm, Agustus 309 mm. Kemudian Kecamatan Sidareja pada Juni 246 mm, Juli 71 mm, Agustus 324 mm.
Selain itu Kecamatan Kroya pada Juni 143 mm, Juli 93 mm, Agustus 336 mm; serta Kecamatan Dayeuhluhur Juni 375 mm, Juli 147 mm, Agustus 538 mm.
Menurut dia, fenomena itu dipengaruhi gangguan cuaca skala mingguan seperti sirkulasi siklonik, Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta kelembapan lokal yang masih cukup tinggi.
"Fenomena tersebut juga berdampak terhadap kondisi cuaca selama musim kemarau di kabupaten lain sekitar Cilacap. Pada pertengahan hingga akhir September 2025, Cilacap dan sekitarnya diprakirakan segera memasuki masa peralihan dari kemarau ke musim hujan," kata Teguh.
Baca juga: BMKG: Wilayah Jateng selatan masih berpotensi terjadi hujan ringan

