Solo (ANTARA) - Tim Mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil meraih Gold Medal dan Special Award dalam ajang Japan Design, Idea and Invention Expo (JDIE) 2025 yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang melalui inovasi MedLink Smart.
Salah satu anggota tim Marko Refianto di Solo, Jawa Tengah, Minggu mengatakan inovasi MedLink Smart yang mereka usung merupakan sebuah perangkat berbasis Internet of Medical Things (IoMT) yang terintegrasi secara real-time dengan sistem Electronic Medical Record (EMR).
Karya ini juga ditunjang oleh kecanggihan machine learning (pembelajaran mesin) yang dihubungkan pada layanan asisten pesan instan guna mendukung diagnosis awal berbasis Artificial Intelligence (AI).
“Kunci keberhasilan kami ada pada apa yang tidak dilihat orang lain. Sistem kami mampu menyederhanakan proses diagnosis awal melalui integrasi AI dalam pelayanan medis,” katanya.
Selain Marko Refianto sebagai Manufaktur Hardware, tiga mahasiswa lain yang masuk ke dalam tim yakni Muhammad Adityo Rivalta (Desain Hardware), Muhammad Akmal Indratma (Pengembang Perangkat Lunak), dan Yoon Eaindray (Analis Sistem Medis).
Meski berasal dari jurusan teknik mesin, mereka membuktikan mampu menembus batas disiplin ilmu dengan mengembangkan inovasi di bidang teknologi kesehatan.
Inovasi ini sebelumnya telah meraih Silver Medal pada ajang UMS International Innovation Day (UIID) 2025. Bimbingan tegas dari dosen pembimbing Ir. Alfatih Hendrawan, S.T., M.T., menjadi kunci dalam pengembangan sistematis mulai dari perencanaan hingga tahap manufaktur.
“Setiap konsultasi harus disertai alur kerja dan analisis perkiraan yang jelas,” kata Marko mengenang arahan dosen.
Persiapan mengikuti kompetisi yang berlangsung pada 5-6 Juli 2025 itu telah dimulai sejak September 2024. Seluruh proses riset, pengembangan, hingga simulasi dilakukan di kampus UMS dengan dukungan penuh dari civitas academica serta PT Dynatech Internasional sebagai mitra pendukung utama.
“Tanpa mereka, MedLink-Smart tidak akan bisa berkembang sejauh ini, apalagi sampai diakui di ajang internasional,” katanya.
Saat pengumuman pemenang, tim mengaku tidak menyangka bisa meraih dua penghargaan sekaligus. Inovasi yang sebelumnya sempat dipandang sebelah mata justru diapresiasi tinggi di panggung dunia. Ia juga mengaku mendapat beberapa tawaran untuk melanjutkan riset lebih lanjut.
Bagi tim, pengalaman mengikuti JDIE 2025 di Tokyo menjadi pelajaran berharga. Mereka mengaku terinspirasi oleh kedisiplinan masyarakat Jepang yang sangat menghargai waktu. Hal ini memberikan motivasi tambahan untuk membawa semangat profesionalisme dalam pengembangan riset di tanah air.
“Kami ingin mahasiswa Fakultas Teknik, khususnya Teknik Mesin terus mendominasi dan membuktikan bahwa kami bisa berprestasi lintas bidang,” katanya.

