Semarang (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar kegiatan Review RKAKL Pagu Anggaran 2026 bertempat di ruang Teater Gedung Prof. Qodry Azizy Fakultas Syariah dan Hukum, Senin (16/6).
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Prof. Dr. Ahmad Ismail, M.Ag., M.Hum., yang memberikan sejumlah arahan strategis terkait penyusunan anggaran berbasis kegiatan.
Dalam sambutannya, Prof. Ahmad Ismail menegaskan bahwa RKAKL bukan sekadar dokumen keuangan, tetapi mencerminkan mindset kelembagaan dalam mengelola sumber daya secara efektif.
“RKAKL adalah cermin dari berapa rupiah yang kita habiskan dan bagaimana kita mengubah kegiatan menjadi upaya pengembangan lembaga. Ini berlaku untuk semua baik fakultas, lembaga maupun unit,” ujar beliau.
Beliau menekankan bahwa penyusunan anggaran yang sehat harus berbasis kegiatan, bukan sekadar menghabiskan dana. Dalam kondisi tak terduga, setiap unit harus mampu mengkritisi dan segera menyesuaikan kegiatan agar tetap membawa manfaat (benefit) bagi lembaga.
“Dalam hal ini kita semua perlu mendahulukan RM (rupiah murni), itu akan berdampak pada pagu anggaran tahun berikutnya. Sedangkan dalam konteks BLU (Badan Layanan Umum), serapan tidak harus habis, tetapi harus maksimal dari sisi manfaat,” jelasnya.
Prof. Ahmad juga mengajak seluruh unit untuk mulai meminimalisir kegiatan belanja yang tidak esensial dan mengarahkan prioritas pada kegiatan yang berdampak langsung, “Mari perkecil ego sektoral. Efisiensi tidak akan menurunkan marwah atau kualitas unit, selama kita mengutamakan kemaslahatan lembaga,” tambahnya.
Kegiatan ini juga diisi sambutan oleh Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK), Mohammad Ali Irfan, S.E., M.M., M.Ak., yang menggambarkan kondisi keuangan lembaga saat ini sebagai sangat memprihatinkan.
“Anggaran kita tahun ini sangat terbatas. Ini bukan hanya terjadi di UIN Walisongo, tapi hampir seluruh kementerian dan lembaga mengalami hal yang sama. Pagu RM tiap tahun ada penurunan, sehingga kita harus memperkuat peran BLU,” jelasnya.
Beliau menyoroti lemahnya kinerja unit-unit bisnis kampus yang hingga kini masih “tertidur” dan belum menyumbangkan pendapatan sebagaimana diharapkan. “Kita perlu mendorong geliat bisnis kampus agar BLU menjadi sumber daya yang kuat untuk membiayai kegiatan strategis kampus,” ujarnya.
Selain itu, Kepala Biro AUPK juga menegaskan perlunya penghentian lembur yang tidak produktif. “Tidak boleh lagi ada anggaran lembur yang hanya tercatat di absen tanpa output kerja yang seimbang. Banyak lembur terjadi di hari Sabtu-Minggu, padahal itu justru menjadi sumber pemborosan yang luar biasa,” tegasnya.
Beliau juga mendorong unit kerja untuk mulai menata ulang jadwal dan sistem kerja pegawai secara bergilir (shift) agar tetap produktif tanpa harus mengandalkan lembur. “Output dan input kerja harus seimbang, ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan,” ujar dia.
Melalui kegiatan review ini, diharapkan seluruh unit di lingkungan UIN Walisongo dapat menyusun RKAKL yang lebih realistis, efisien, dan fokus pada dampak kelembagaan. Penyusunan anggaran bukan hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi bagian penting dari strategi penguatan daya saing kampus sebagai PTKIN unggul berbasis integrasi keilmuan dan tata kelola yang baik.