Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang membangun lima Rumah Inspirasi di lima kecamatan, yakni Mijen, Tembalang, Semarang Barat, Semarang Tengah, dan Genuk untuk memfasilitasi pelayanan terhadap penyandang difabel.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, di Semarang, Senin, menjelaskan bahwa Rumah Inspirasi dirancang sebagai pusat layanan yang ramah disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Di dalamnya akan tersedia sembilan layanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dukungan UMKM, mental health, pertanian, permukiman, hingga akses terhadap bantuan lain sesuai kebutuhan.
Menurut dia, pembangunan Rumah Inspirasi tersebut merupakan bagian dari program Semarang Inklusif yang menjadi salah satu dari lima prioritas 100 hari kerja Agustina bersama Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin.
"Membicarakan program Semarang Inklusi ini sangat asyik, karena kami sedang menyiapkan sesuatu yang lebih dari sekadar tempat pelayanan. Kami ingin menjadikannya sebagai Rumah Inspirasi," katanya.
Dengan program Semarang Inklusif, kata dia, dipastikan tidak ada satu pun warga yang tertinggal dari pembangunan kota. Namun, program tersebut bukan hanya rencana jangka pendek, tetapi merupakan bagian dari visi pembangunan jangka panjang Kota Semarang.
"Jika kita berhasil membangunnya dengan baik, maka ini akan menjadi sistem pengelolaan dan perawatan disabilitas yang terintegrasi pertama di Indonesia," katanya.
Proses pendataan penyandang disabilitas sedang dilakukan secara menyeluruh dengan sistem "by name by address" agar setiap warga yang membutuhkan mendapatkan layanan yang tepat sasaran.
Tidak hanya itu, Pemkot Semarang juga melibatkan berbagai unsur masyarakat dalam proses ini, seperti petugas kecamatan, pekerja sosial masyarakat (PSM), relawan, penyandang disabilitas sendiri, dan para pemangku kepentingan.
Rumah Inspirasi juga menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah dan komunitas dalam membangun ekosistem layanan yang inklusif, menjawab kebutuhan nyata masyarakat.
Ia mengatakan bahwa Semarang Inklusif dengan Rumah Inspirasinya bukan sekadar program sosial, melainkan bagian dari perwujudan visi besar kota menuju masyarakat berkeadilan sosial, lestari, dan inklusif.
"Kami tidak hanya bicara soal bangunan fisik, tetapi tentang membangun sistem perlindungan dan pemberdayaan yang kuat dan berkelanjutan. Karena itu, kami juga sedang siapkan apa yang disebut sebagai 'protect system' untuk menjawab kebutuhan ril kawan-kawan disabilitas," katanya.
Untuk mendukung terciptanya ruang yang setara bagi semua, kata dia, Pemkot Semarang juga telah membebaskan 523 ruang publik di seluruh kecamatan dari tarif retribusi.
Artinya, masyarakat kini bisa menggunakan berbagai fasilitas milik kota secara gratis untuk kegiatan nonkomersial, termasuk di antaranya aula pertemuan di rumah susun, lapangan futsal, taman-taman kota, hingga halaman Balai Kota.
Pembebasan retribusi tersebut memberikan ruang partisipasi yang lebih besar bagi komunitas, organisasi sosial, dan warga umum dalam menghidupkan kegiatan sosial, budaya, dan edukatif tanpa beban biaya.