Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Kementerian ESDM menargetkan Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) secara keseluruhan nasional menjangkau 215.000 rumah tangga di seluruh Indonesia.
Program BPBL disebut Bahlil sebagai langkah nyata pemerintah untuk membantu masyarakat kurang mampu dalam memenuhi akses listrik.
“Ada warga yang jaringannya sudah ada, tapi tidak bisa pasang karena tidak mampu. Pemerintah hadir mengatasi itu. BPBL ini tidak dipungut biaya,” kata Bahlil dalam siaran persnya, Sabtu (6/12/2025).
Menurut Bahlil, Program BPBL merupakan bantuan resmi pemerintah dan bersifat gratis tanpa pungutan apa pun.
Untuk itu, kata Bahlil, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap oknum yang meminta biaya atau memanfaatkan program ini untuk kepentingan pribadi.
“Bila menemukan dugaan penyelewengan, pemerasan, atau penyalahgunaan, masyarakat dapat melaporkan langsung melalui Contact Center ESDM 136 untuk ditindaklanjuti,” kata Bahlil memberi pesan.
Khusus di Jawa Tengah (Jateng), program BPBL menjangkau sebanyak 25.150 rumah tangga yang akan mempunyai akses listrik sendiri.
Lebih khusus lagi di Kabupaten Wonosobo sendiri, sekitar 216 rumah tangga yang akan memiliki akses listrik mandiri.
Salah satu contoh sukses program BPBL yakni seorang lanjut usia (lansia), Sukinah (78 tahun), warga Lereng Dieng, Desa Pasurenan, Kecamatan Batur, Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, akhirnya bisa menikmati listrik di rumahnya.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, rumah Sukinah kini bercahaya terang berkat bantuan program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dari pemerintah.
"Alhamdulillah, sekarang rumah ibu sudah terang, ibu tidak pakai lampu minyak lagi" ucap Sukinah, Sabtu (6/12/2025).
Sebelumnya sebagai lansia yang tinggal sendiri, Sukinah terbiasa menjalani keseharian hidupnya hingga malam dengan cahaya remang lampu teplok.
Sebab bagi Sukinah biaya untuk pemasangan listrik baru dirasakan masih terlalu mahal baginya. Jadi mustahil Sukinah bisa mendapatkan aliran listrik.
“Ingin punya listrik, tapi untuk makan saja harus irit,” kata Sukinan lirih dengan bahasa jawa.
Bagi Sukinah, listrik bukan sekadar untuk menyalakan lampu tapi bagi dirinya listrik adalah perubahan hidup.
Kini Sukinah bisa menyiapkan makan malam tanpa gelap, merasa lebih aman di tengah dinginnya malam Dieng, dan tak perlu lagi khawatir minyak lampu kehabisan di saat-saat penting.

