Semarang (ANTARA) - Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Sumanto meminta masyarakat mewaspadai penjualan sapi glonggongan yakni sapi yang sengaja diberi minum air dalam jumlah banyak sebagai ternak kurban.
"Tujuannya untuk menambah berat badan sapi secara instan serta meningkatkan nilai jual karena terlihat lebih besar atau berat," kata Sumanto di Semarang, Kamis.
Sumanto juga meminta para pedagang hewan tak menjual sapi glonggongan karena menyalahi prinsip-prinsip kurban dalam Islam.
Untuk itu, ia mengingatkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng memantau penjualan hewan kurban agar masyarakat mendapatkan ternak berkualitas.
"Dari laporan dinas, sampai sekarang belum ditemukan yang seperti itu. Mudah-mudahan para pedagang sadar karena hewan kurban juga mahkluk Tuhan yang perlu dijaga," ujarnya.
Sapi glonggongan sendiri memiliki sejumlah ciri-ciri. Di antaranya perut sapi membesar tidak normal, dan air keluar dari mulut serta hidung. Saat disembelih pun daging akan meneteskan air dan cepat membusuk.
Sumanto meminta proses penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam. Hewan kurban juga harus sehat dan tak disiksa atau terkena penyakit.
"Pemerintah harus memberi edukasi, petugas dari dinas perlu berkeliling mengecek penjualan hewan kurban. Yang penting hewan yang mau dikurbankan sehat," katanya.
Terlebih beberapa waktu lalu marak penyakit mulut dan kuku (PMK) yang banyak menyerang sapi.
Menurut dia, panitia kurban juga perlu berkoordinasi dengan pemerintah dan membeli hewan kurban dari sumber yang resmi serta terpercaya.
"Penyembelihan hewan kurban hendaknya juga diserahkan ke yang berpengalaman. Jangan sampai ada kejadian sapi lepas dan membahayakan seperti tahun-tahun sebelumnya," paparnya.
Lebih lanjut Sumanto berharap Idul Adha menjadi momentum masyarakat untuk berempati kepada mereka yang kurang berpunya.
Selain itu, kurban juga bisa menjadi penggerak ekonomi di masyarakat.
Ketua Komisi A DPRD Jateng Imam Teguh Purnomo menambahkan warga Jawa Tengah banyak yang menjadi peternak.
Saat Idul Adha, para peternak ini menjual hewan ternak yang selama ini menjadi tabungan mereka.
"Di desa banyak warga yang pelihara sapi dan kambing. Nanti setelah Idul Adha mereka akan beli hewan ternak yang kecil lagi untuk dibesarkan selama setahun. Nanti dijual saat Idul Adha sebagai hewan kurban," katanya.
Menurut dia, Jateng menjadi salah satu sentra peternak. Stok hewan kurban di Jateng juga cukup banyak dan banyak diambil untuk dijual ke provinsi lain.
Baca juga: Distan Semarang: Belum ada temuan daging ayam gelonggongan