Piala Dunia U-17, penonton dan ofisial berburu di Kampung Batik Solo
Solo (ANTARA) - Kampung Batik Solo baik Laweyan maupun Kauman mengaku ikut merasakan dampak positif penyelenggaraan Piala Dunia U-17 yang sudah dimulai sejak 10 November 2023.
Ketua Paguyuban Kampung Batik Kauman Gunawan Setiawan di Solo, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan ada beberapa kunjungan yang berasal dari ofisial dan penonton Piala Dunia U-17.
Meski demikian, hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan berapa banyak kontribusi kunjungan dari penonton maupun official kesebelasan yang menjadi peserta piala dunia.
"Yang pasti setiap hari ada, dari kelompok ini jumlahnya puluhan yang berkunjung ke kampung kami," katanya.
Ia mengatakan para pengunjung ini datang untuk melakukan berbagai aktivitas, mulai dari foto hingga melihat produksi batik secara langsung.
"Kunjungan wisata yang mereka lakukan ini menjadikan kegiatan Piala Dunia U-17 tidak hanya olahraga tapi juga hiburan, wisata, mengenal budaya, dan sesuatu yang bikin tamu kita tidak bosan, hanya lihat bola," katanya lagi.
Senada, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) Alpha Febela Priyatmono mengatakan jika bicara batik maka warisan budaya tersebut memang sudah diakui oleh dunia.
"Ini bisa mengangkat Solo dan menjadi potensi yang dimiliki oleh Kota Solo," katanya pula.
Dia berharap penyelenggaraan acara serupa bisa dilaksanakan setiap tahun sehingga bisa terus meramaikan kunjungan wisata di Kampung Batik Laweyan maupun Kauman.
"Insya Allah event seperti ini bisa diadakan secara rutin. Bisa mendongkrak pendapatan daerah. Selain itu, potensi ini kalau dikembangkan dan dikolaborasikan akan mendongkrak kunjungan wisatawan," kata dia.
Meski demikian, ke depan ia berharap agar pelaku batik dapat lebih dilibatkan pada acara-acara yang mendatangkan banyak orang ke Solo, salah satunya dari sisi promosi.
Ketua Paguyuban Kampung Batik Kauman Gunawan Setiawan di Solo, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan ada beberapa kunjungan yang berasal dari ofisial dan penonton Piala Dunia U-17.
Meski demikian, hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan berapa banyak kontribusi kunjungan dari penonton maupun official kesebelasan yang menjadi peserta piala dunia.
"Yang pasti setiap hari ada, dari kelompok ini jumlahnya puluhan yang berkunjung ke kampung kami," katanya.
Ia mengatakan para pengunjung ini datang untuk melakukan berbagai aktivitas, mulai dari foto hingga melihat produksi batik secara langsung.
"Kunjungan wisata yang mereka lakukan ini menjadikan kegiatan Piala Dunia U-17 tidak hanya olahraga tapi juga hiburan, wisata, mengenal budaya, dan sesuatu yang bikin tamu kita tidak bosan, hanya lihat bola," katanya lagi.
Senada, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) Alpha Febela Priyatmono mengatakan jika bicara batik maka warisan budaya tersebut memang sudah diakui oleh dunia.
"Ini bisa mengangkat Solo dan menjadi potensi yang dimiliki oleh Kota Solo," katanya pula.
Dia berharap penyelenggaraan acara serupa bisa dilaksanakan setiap tahun sehingga bisa terus meramaikan kunjungan wisata di Kampung Batik Laweyan maupun Kauman.
"Insya Allah event seperti ini bisa diadakan secara rutin. Bisa mendongkrak pendapatan daerah. Selain itu, potensi ini kalau dikembangkan dan dikolaborasikan akan mendongkrak kunjungan wisatawan," kata dia.
Meski demikian, ke depan ia berharap agar pelaku batik dapat lebih dilibatkan pada acara-acara yang mendatangkan banyak orang ke Solo, salah satunya dari sisi promosi.