Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang terus berupaya menekan laju inflasi dengan berbagai cara, termasuk pasar murah yang kali ini didukung Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah lewat Gerakan Pangan Murah.
"Ini upaya untuk tingkat inflasi dijaga agar semakin turun. Inflasi 'year on year' nasional 4,33 persen. Diharapkan semakin turun," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat.
Menurut Ita, sapaan akrab Hevearita, daya beli masyarakat akan semakin bagus jika inflasi turun sehingga gerakan pangan murah terus menerus dilaksanakan.
Pasar murah yang digencarkan di seluruh kecamatan terus diperluas pelaksanaannya dan saat ini menyasar tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan pura.
"Saat ini, kami dibantu Bapanas dan Dinas Ketahanan Pangan provinsi mengadakan acara ini. Diharapkan terus menerus sehingga upaya ini bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Dyah Lukisari menjelaskan provinsi mendapatkan alokasi anggaran dari Bapanas untuk menyelenggarakan Gerakan Pangan Murah di 21 kabupaten/kota.
Di antaranya, Kota Semarang, Kota Tegal, Kota Surakarta, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Batang, Kabupaten Kudus, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten.
Diakuinya, memang tidak semua kabupaten/kota yang mendapatkan gelaran Gerakan Pangan Murah, sebab penentuan berdasarkan evaluasi tahun kemarin, salah satunya proaktifnya pemerintah daerah.
Selain kegiatan pangan murah, kata dia, ada juga bantuan pangan dari Bapanas berupa beras, telur, dan daging ayam yang diberikan kepada keluarga rawan stunting (KRS) atau miskin di seluruh Indonesia.
Penyaluran untuk beras dilakukan melalui Perum Bulog, sedangkan untuk penyaluran telur dan daging ayam dilakukan melalui PT Pos Indonesia.
Dyah menyebutkan bahwa Kota Semarang mendapatkan alokasi bantuan telur dan daging ayam untuk 4.400 penerima KRS, dan angka stunting di Kota Semarang hanya 1.200 KRS sehingga sisanya diperuntukkan bagi ibu hamil yang masih kekurangan gizi, gizi buruk, mapun kekurangan energi kronis (KEK).
Sedangkan untuk beras, alokasinya diberikan kepada 58 ribu keluarga penerima manfaat (KPM).
"Per KPK menerima 10 kilogram beras, untuk telur menerima 10 butir, dan daging (ayam, red.) satu kilogram per satu tahap. Beras ini sedang bergerak masuk tahap kedua, telur dan daging baru selesai tahap satu," pungkasnya.