Semarang (ANTARA) - Seluruh siswa SD Bulustalan Kota Semarang siap menerapkan Gerakan Pungut Sampah atau GPS untuk membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya, tidak lagi di laci meja, sekaligus menanamkan mengajarkan anak cinta terhadap lingkungan sekitarnya.
"Hasil pengamatan para guru, masih ditemui beberapa siswa yang membuang sampah di laci meja. Gerakan ini diinisiasi oleh Ibu Ery Fitriani guru kelas enam," kata Dian Marta Wijayanti selaku Kepala sekolah SDN Bulustalan, di Semarang, Selasa.
Fitri menjelaskan gerakan tersebut bisa dilakukan mulai dari siswa kelas 1 sampai kelas 6 karena kebersihan lingkungan merupakan kewajiban semua warga sekolah.
"Selama ini masih banyak siswa yang acuh dengan sampah yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu perlu adanya penanganan agar karakter sadar sampah dapat tercapai," kata Fitri.
Baca juga: Serunya belajar dengan Metode Ular Tangga
Menurut Fitri GPS dapat dilaksanakan dari lingkungan terdekat, misal dari kelas sebagai tempat belajar. Anak-anak belajar membuang sampah di tempat yang semestinya, bukan di laci.
Kegiatan kedua, lanjut Fitri, GPS di lingkungan sekitar kelas. Sebelum memasuki ruangan setelah istirahat, siswa memungut sampah yang ada di depan kelas masing-masing.
Fitri menambahkan terkadang anak tidak mau memungut sampah karena merasa bukan sampahnya, padahal jika seluruh tidak mau peduli dan memungutnya, maka tidak akan tercipta lingkungan yang bersih.
"Jika kita acuh, maka kita tidak berbeda dengan mereka yang membuang sampah sembarangan. Andai saja setiap sampah ada namanya, maka pemiliknya akan malu. Mari memungut sampah yang ada di sekolah. Sekolahku bersih. Sekolahku nyaman. Aku bahagia," kata Fitri.
Baca juga: Perlunya bermain sambil belajar
Pembiasaan yang diharapkan dapat mengajarkan siswa cinta terhadap lingkungan tersebut, kata Fitri, maka peran guru sebagai role model juga sangat penting.
Menurut Fitri, guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam mengajak para siswa melakukan Gerakan Pungut Sampah, sehingga mereka dengan senang hati tanpa paksaan melakukannya.
Baca juga: CEO Global Tanoto Foundation kunjungi mitra Jawa Tengah
Salah satu metode yang digunakan adalah melalui nyanyian seperti lagu Pelajar Pancasila, karena sarat dengan pesan moral mengajak siswa peduli lingkungan dan tidak acuh pada sampah.
Dalam kesempatan tersebut dua siswa Kikan dan Eka menyanyikan lagu Pelajar Pancasila yang diiringi instrumen keyboard oleh Guru Gustiwana.
"Bersatu dalam perbedaan
Berpegang tangan dan berlari
Singkirkan egomu oh kawan
Demi negeri ini
Salah satu ego yang disingkirkan adalah ego acuh terhadap sampah" penggalan dari lagu tersebut.
*Penulis: Dian Marta Wijayanti
Kepala SDN Bulustalan
Fasda Program PINTAR Tanoto Foundation
Berita Terkait
Proyek Memanen Angin: Membangun kreativitas siswa dengan sains
Selasa, 12 November 2024 14:50 Wib
Sebanyak 179 guru di Cimahi belajar jurnalistik bersama ANTARA
Selasa, 12 November 2024 11:41 Wib
Peningkatan capaian numerasi melalui pelatihan dan pendampingan RME
Selasa, 29 Oktober 2024 18:22 Wib
100 guru Kabupaten Tegal diajak terapkan Pintar Numerasi
Selasa, 29 Oktober 2024 18:00 Wib
100 guru di Tegal dilibatkan dalam program PINTAR Numerasi
Kamis, 24 Oktober 2024 17:19 Wib
Inovasi media dan metode pembelajaran numerasi berbasis "lesson study"
Kamis, 24 Oktober 2024 15:58 Wib
Flipbook E-Modul, skenario pembelajaran berbasis literasi numerasi
Selasa, 22 Oktober 2024 17:04 Wib
Peningkatan kompetensi numerasi melalui optimalisasi komunitas belajar
Selasa, 22 Oktober 2024 15:23 Wib