Budayawan Banyumas Ahmad Tohari terima anugrah sastra
Purwokerto (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Abdul Kholik memberikan anugerah bidang sastra kepada budayawan dan sastrawan asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ahmad Tohari.
Anugerah tersebut diserahkan anggota DPD RI Abdul Kholik kepada Ahmad Tohari dalam acara Anugerah Senator Indonesia B-52 Bidang Sastra yang digelar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu..
Dalam kesempatan itu, Abdul Kholik mengatakan Ahmad Tohari merupakan sastrawan yang luar biasa karena sepanjang hidupnya menggeluti sastra dan budaya.
"Karya sastra Pak Ahmad Tohari telah diakui di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional," katanya.
Saat ditemui usai acara, senator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah itu mengatakan pemberian Anugerah Senator Indonesia B-52 kepada Ahmad Tohari dilakukan karena pihaknya ingin mengajak semua kembali kepada pendekatan budaya.
Menurut dia, hal itu sebagai sebuah upaya untuk membangun masyarakat yang satu sama lain bisa saling menghargai serta mengedepankan nilai-nilai dan moral yang menjunjung kebersamaan serta keharmonisan.
"Karena hari ini kita melihat di masyarakat banyak banget terjadi pembelahan-pembelahan yang mengkhawatirkan. Itulah mengapa kami ingin mengajak, ayo kita kembali kepada pendekatan budaya," kata senator bernomor anggota B-52 itu.
Ia mengharapkan anugerah untuk penulis novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk tersebut menjadi dorongan kepada pemerintah dan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan budayawan, untuk melahirkan seni budaya maupun kegiatan yang mengangkat Kabupaten Banyumas, khususnya Purwokerto.
Baginya, Purwokerto atau Banyumas bukan hanya sebagai sebuah kota atau kabupaten, tetapi akan menjadi simpul kawasan Jateng selatan.
"Jadi harus muncul dari sini produk-produk budaya yang bisa diapresiasi dan dinikmati oleh seluruh masyarakat, bukan cuma Jawa Tengah, bahkan Indonesia," kata Abdul Kholik.
Sementara itu, budayawan Ahmad Tohari mengaku tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi atau terlalu muluk terkait dengan anugerah tersebut.
Ia mengharapkan kegiatan tersebut bisa menyemangati penulis-penulis muda di Banyumas supaya sadar bahwa kerja mereka di bidang penulisan sastra itu diperhatikan oleh masyarakat.
"Jadi, jangan lekas capek, jangan lekas bosan, teruslah berkarya karena karya-karya para sastrawan itu ditunggu oleh masyarakat," kata budayawan yang akrab disapa Kang Tohari itu.
Menurut dia, saat ini ada persoalan besar yang harus diatasi, yakni rendahnya minat baca masyarakat.
Ia mengatakan jika persoalan tersebut bisa diatasi, kegiatan membaca sudah tumbuh, maka masyarakat, khususnya para penulis, harus lebih giat menulis.
"Dan jangan lupa pemerintah. Pemerintah harus punya perhatian terhadap kehadiran dunia sastra," katanya.
Ia menilai perhatian pemerintah terhadap dunia sastra masih kurang, bahkan salah dalam memberikan pelajaran Bahasa Indonesia.
"Yang benar itu, pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA atau mahasiswa dimulai dengan pelajaran Sastra Indonesia, bukan dengan pelajaran tata bahasa, bukan dengan awalan dan akhiran, tapi tentang kesastraan," katanya menegaskan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Anggota DPD RI berikan anugerah bidang sastra kepada Ahmad Tohari
Anugerah tersebut diserahkan anggota DPD RI Abdul Kholik kepada Ahmad Tohari dalam acara Anugerah Senator Indonesia B-52 Bidang Sastra yang digelar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu..
Dalam kesempatan itu, Abdul Kholik mengatakan Ahmad Tohari merupakan sastrawan yang luar biasa karena sepanjang hidupnya menggeluti sastra dan budaya.
"Karya sastra Pak Ahmad Tohari telah diakui di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional," katanya.
Saat ditemui usai acara, senator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah itu mengatakan pemberian Anugerah Senator Indonesia B-52 kepada Ahmad Tohari dilakukan karena pihaknya ingin mengajak semua kembali kepada pendekatan budaya.
Menurut dia, hal itu sebagai sebuah upaya untuk membangun masyarakat yang satu sama lain bisa saling menghargai serta mengedepankan nilai-nilai dan moral yang menjunjung kebersamaan serta keharmonisan.
"Karena hari ini kita melihat di masyarakat banyak banget terjadi pembelahan-pembelahan yang mengkhawatirkan. Itulah mengapa kami ingin mengajak, ayo kita kembali kepada pendekatan budaya," kata senator bernomor anggota B-52 itu.
Ia mengharapkan anugerah untuk penulis novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk tersebut menjadi dorongan kepada pemerintah dan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan budayawan, untuk melahirkan seni budaya maupun kegiatan yang mengangkat Kabupaten Banyumas, khususnya Purwokerto.
Baginya, Purwokerto atau Banyumas bukan hanya sebagai sebuah kota atau kabupaten, tetapi akan menjadi simpul kawasan Jateng selatan.
"Jadi harus muncul dari sini produk-produk budaya yang bisa diapresiasi dan dinikmati oleh seluruh masyarakat, bukan cuma Jawa Tengah, bahkan Indonesia," kata Abdul Kholik.
Sementara itu, budayawan Ahmad Tohari mengaku tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi atau terlalu muluk terkait dengan anugerah tersebut.
Ia mengharapkan kegiatan tersebut bisa menyemangati penulis-penulis muda di Banyumas supaya sadar bahwa kerja mereka di bidang penulisan sastra itu diperhatikan oleh masyarakat.
"Jadi, jangan lekas capek, jangan lekas bosan, teruslah berkarya karena karya-karya para sastrawan itu ditunggu oleh masyarakat," kata budayawan yang akrab disapa Kang Tohari itu.
Menurut dia, saat ini ada persoalan besar yang harus diatasi, yakni rendahnya minat baca masyarakat.
Ia mengatakan jika persoalan tersebut bisa diatasi, kegiatan membaca sudah tumbuh, maka masyarakat, khususnya para penulis, harus lebih giat menulis.
"Dan jangan lupa pemerintah. Pemerintah harus punya perhatian terhadap kehadiran dunia sastra," katanya.
Ia menilai perhatian pemerintah terhadap dunia sastra masih kurang, bahkan salah dalam memberikan pelajaran Bahasa Indonesia.
"Yang benar itu, pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA atau mahasiswa dimulai dengan pelajaran Sastra Indonesia, bukan dengan pelajaran tata bahasa, bukan dengan awalan dan akhiran, tapi tentang kesastraan," katanya menegaskan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Anggota DPD RI berikan anugerah bidang sastra kepada Ahmad Tohari