Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan kemiripan pola transmisi COVID-19 yang terjadi di India dan Indonesia yang menyebabkan kasus di kedua negara padat penduduk ini melandai.
Ia menduga fenomena tersebut karena hampir seluruh warganya sudah terinfeksi oleh virus corona.
Prof Tjandra dalam webinar bertema "Libur Natal dan Tahun Baru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang ke-3 Pandemi COVID-19" yang dipantau di Jakarta, Selasa, mengungkapkan bahwa India melakukan penelitian tes antibodi COVID-19 bagi warga India di dua kota besar, yakni New Delhi sebagai Ibu Kota Negara dan Mumbai sebagai pusat industri.
"Di New Delhi itu baru keluar hasil penelitian tes antibodi, yang hasilnya masyarakat 90 persen positif, walaupun hasilnya belum dipublikasikan resmi di jurnal internasional, tapi 90 persen positif. Kemudian yang di Mumbai 86 persen positif," kata Tjandra.
Tjandra menganalisis bahwa terinfeksinya hampir seluruh masyarakat di dua kota besar tersebut sebagai salah satu faktor bagaimana India berhasil menekan laju infeksi COVID-19 dengan sangat signifikan dan cepat, serta kasus yang terus melandai hingga saat ini.
Tjandra yang pernah menetap di India selama menjabat sebagai Direktur WHO mengemukakan bahwa pola lonjakan kasus COVID-19 dan menurunnya kasus setelahnya diikuti dengan melandainya kasus COVID-19 di India memiliki pola yang sama dengan yang terjadi di Indonesia.
Indonesia memiliki lonjakan kasus yang sangat tinggi pada pertengahan tahun 2021, kemudian kasus menurun secara sistematis dalam dua bulan setelahnya dan bertahan melandai di bawah 1000 kasus per hari sejak 15 Oktober hingga hari ini, atau telah bertahan selama sebulan penuh.
Kendati demikian, Tjandra menekankan bahwa seluruh dunia masih dilanda ketidakpastian terkait pandemi COVID-19 yang hampir 2 tahun ini.
Dia menerangkan bahwa COVID-19 baru berumur dua tahun dan masih banyak informasi yang perlu digali lebih dalam oleh para peneliti untuk bisa melakukan pencegahan dan pengendalian lebih tepat.
Dia membandingkan dengan penyakit-penyakit berbahaya lain yang usianya sudah puluhan hingga ratusan tahun cenderung bisa dikendalikan melalui tata cara pencegahan dan penanganan yang adekuat (memadai) karena sudah memiliki informasi mengenai penyakit tersebut.
Berita Terkait
Pakar kesehatan: Harga obat di RI enam kali lebih mahal dari India
Kamis, 4 Juli 2024 10:48 Wib
Kasus COVID-19 di Indonesia terus meningkat tajam
Jumat, 4 Februari 2022 10:44 Wib
Irjen Pol Napoleon jalani eksekusi pidana penjara di LP Cipinang
Rabu, 17 November 2021 5:12 Wib
MA kembalikan vonis Djoko Tjandra jadi 4,5 tahun bui
Rabu, 17 November 2021 5:03 Wib
Pakar: Perlu upaya "all out" agar Indonesia keluar pandemi
Kamis, 8 Juli 2021 14:18 Wib
Prof. Tjandra ungkap langkah India atasi krisis oksigen
Kamis, 8 Juli 2021 11:26 Wib
Ini Hal-hal yang perlu dilakukan pasien COVID-19 selama isolasi mandiri
Minggu, 4 Juli 2021 9:20 Wib
Hukuman Pinangki dikurangi, MAKI: Kejagung harus kasasi
Selasa, 15 Juni 2021 16:03 Wib