Solo (ANTARA) - Himpunan Ratna Busana (HRB) mengajak masyarakat lebih mengenal corak beserta filosofi batik sebagai warisan budaya, agar tidak salah dalam penerapannya.
"Kami dari HRB Solo ingin masyarakat Solo tidak hanya pakai batik tetapi juga tahu apa yang dikenakan, di upacara tertentu paham filosofinya, dengan begitu kita menjiwai, tahu," kata Wakil Ketua HRB Febri Dipokusumo pada acara bincang-bincang tentang batik bertajuk "Mengenal Batik Menurut Zaman dan Lingkungan" di Museum Batik Danar Hadi Solo, Jumat.
Ia mengatakan selama batik tersebut bermotif modern dan bukan larangan maka bisa diterapkan secara bebas dalam produk apapun.
"Kreativitas itu harus tetapi jangan batik parang barong jadi tutup tempat sampah, jadi alas kaki, jadi sandal, itu kan tidak menghargai yang menciptakan. Seperti batik truntum kan diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yang merupakan istri dari Paku Buwana III," katanya.
Ia menceritakan ketika Raja PB III memiliki selir baru, Kanjeng Ratu Kencana merasa cemburu dan sedih sehingga akhirnya dia membatik.
"Ketika Raja datang, cinta bersemi kembali, akhirnya muncullah trumtum ini yang sekarang dipakai orang tua untuk mantu. Saya rasa ini perlu diketahui, apalagi kita tinggal di Solo di mana batik ini dianggap asalnya dari sini, marilah ikut mengerti filosofinya, maknanya," katanya.
Pada kegiatan tersebut juga dipamerkan 30 lembar batik yang menjadi koleksi dari Museum Batik Danar Hadi Solo. Ia mengatakan saat ini museum tersebut memiliki lebih dari 10.000 koleksi.
"Intinya kami ingin memberikan wawasan kepada perempuan Indonesia bahwa batik ada sejarahnya. Dari PB ke-VII batik baru diizinkan keluar dari tembok keraton. Kemudian berkembang ada batik pengaruh keraton, ada dari Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Madura, Keraton Cirebon. Selanjutnya ada batik pengaruh saudagaran, petani, kemudian pengaruh dari India," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Surakarta Selvi Ananda berharap kegiatan tersebut bisa melestarikan kebudayaan Jawa.
"Diperkenalkan batik, ini budaya dari kita, tadi juga belajar banyak tentang filosofi batik termasuk menghargai harga jual batik salah satunya dari filosofi itu sendiri serta proses juga tidak mudah, kita patut apresiasi," katanya.
Berita Terkait
Pegiat Kie Seni Purbalingga luncurkan program petualangan hidup di desa
Kamis, 21 Maret 2024 21:00 Wib
Pegiat Pariwisata dorong kreator konten Cikendung jadi Kampung Youtuber
Senin, 15 Januari 2024 11:08 Wib
Perlu sinkronisasi kebijakan demi sejahterakan rakyat
Minggu, 5 November 2023 14:40 Wib
Pemprov Jateng berikan penghargaan kepada pegiat lingkungan
Rabu, 11 Oktober 2023 8:00 Wib
Revitalisasi Balekambang diharapkan sinkron dengan peraturan
Jumat, 8 September 2023 21:51 Wib
Pegiat mangrove binaan Kilang Cilacap raih dua penghargaan penyuluh kehutanan
Jumat, 25 Agustus 2023 17:58 Wib
Rektor UMP terima penghargaan sebagai "Tokoh Peduli Musisi dan Pegiat Seni"
Jumat, 16 Juni 2023 14:11 Wib
Pegiat Proklim binaan Kilang Cilacap raih penghargaan Perempuan Berjasa se-Jateng
Sabtu, 27 Mei 2023 17:58 Wib