Mahasiswa UNS latih pemuda Klaten mengolah sampah 3R
Solo (ANTARA) - Para mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menjalani program kuliah kerja nyata di Dukuh Seman, Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, melatih para pemuda dan pemudi setempat mengolah sampah secara 3R.
Sekretaris Desa Bonyokan Joko Siswanto dalam keterangan tertulis Tim KKN UNS Desa Boyokan diterima di Solo, Jumat, mengemukakan pentingnya mengolah sampah secara optimal agar menjadi barang yang berguna untuk kebutuhan sehari-hari.
"Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sesuai dengan jenisnya dan kesadaran membuang sampah pada tempatnya yang membuat pengolahan sampah belum maksimal," katanya.
Sebenarnya, katanya, di salah satu rukun warga di desa itu sudah menjalankan pengolahan sampah 3R, yakni Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang).
Oleh karena pandemi dan kendala operasional lainnya, katanya, membuat kegiatan itu terhenti, sejak beberapa bulan lalu.
Tim KKN UNS Kelompok 202 Desa Bonyokan menyelenggarakan program edukasi dan pendampingan pengolahan sampah 3R di daerah itu, dengan kegiatan antara lain pendampingan pembuatan pupuk kompos, pendampingan pembuatan "totebag ecoprint", dan pemanfaatan sampah anorganik menjadi pot bunga. Kegiatan berlangsung beberapa waktu lalu di Sendhang Tirto Mulyo, Dukuh Seman, Desa Bonyokan.
Ketua Pemuda Dukuh Seman Aria Satya Nugraha menyambut positif pelaksanaan program pengolahan sampah yang diinisiasi para mahasiswa yang melaksanakan KKN di desa setempat.
"Semoga awal yang baik ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan ke depannya," katanya.
Koordinator Tim KKN UNS Desa Bonyokan Septiana Rushelawati menjelaskan tim mahasiswa, antara lain melakukan sosialisasi jenis-jenis sampah dan cara pemilahannya di daerah itu
Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak pemuda pemudi setempat berpartisipasi dalam proses pembuatan pupuk kompos dari daun-daun kering, Effective Microorganism (EM4), dan tetes tebu.
Tim beranggota 10 mahasiswa itu kemudian melakukan pendampingan kepada mereka dalam pembuatan "totebag ecoprint" dengan memanfaatkan zat warna bersumber dari sampah organik dan tumbuhan liar.
Kegiatan lainnya berupa daur ulang sampah dengan memanfaatkan sampah anorganik berupa botol bekas untuk dibuat menjadi pot bunga.
Ia mengatakan hasil pengolahan sampah menjadi pupuk kompos diserahkan kepada para petani di dusun tersebut untuk mendukung pengolahan pertanian mereka.
"Kami harap pupuk kompos ini dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh petani di Dukuh Seman," katanya.
Sekretaris Desa Bonyokan Joko Siswanto dalam keterangan tertulis Tim KKN UNS Desa Boyokan diterima di Solo, Jumat, mengemukakan pentingnya mengolah sampah secara optimal agar menjadi barang yang berguna untuk kebutuhan sehari-hari.
"Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sesuai dengan jenisnya dan kesadaran membuang sampah pada tempatnya yang membuat pengolahan sampah belum maksimal," katanya.
Sebenarnya, katanya, di salah satu rukun warga di desa itu sudah menjalankan pengolahan sampah 3R, yakni Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang).
Oleh karena pandemi dan kendala operasional lainnya, katanya, membuat kegiatan itu terhenti, sejak beberapa bulan lalu.
Tim KKN UNS Kelompok 202 Desa Bonyokan menyelenggarakan program edukasi dan pendampingan pengolahan sampah 3R di daerah itu, dengan kegiatan antara lain pendampingan pembuatan pupuk kompos, pendampingan pembuatan "totebag ecoprint", dan pemanfaatan sampah anorganik menjadi pot bunga. Kegiatan berlangsung beberapa waktu lalu di Sendhang Tirto Mulyo, Dukuh Seman, Desa Bonyokan.
Ketua Pemuda Dukuh Seman Aria Satya Nugraha menyambut positif pelaksanaan program pengolahan sampah yang diinisiasi para mahasiswa yang melaksanakan KKN di desa setempat.
"Semoga awal yang baik ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan ke depannya," katanya.
Koordinator Tim KKN UNS Desa Bonyokan Septiana Rushelawati menjelaskan tim mahasiswa, antara lain melakukan sosialisasi jenis-jenis sampah dan cara pemilahannya di daerah itu
Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak pemuda pemudi setempat berpartisipasi dalam proses pembuatan pupuk kompos dari daun-daun kering, Effective Microorganism (EM4), dan tetes tebu.
Tim beranggota 10 mahasiswa itu kemudian melakukan pendampingan kepada mereka dalam pembuatan "totebag ecoprint" dengan memanfaatkan zat warna bersumber dari sampah organik dan tumbuhan liar.
Kegiatan lainnya berupa daur ulang sampah dengan memanfaatkan sampah anorganik berupa botol bekas untuk dibuat menjadi pot bunga.
Ia mengatakan hasil pengolahan sampah menjadi pupuk kompos diserahkan kepada para petani di dusun tersebut untuk mendukung pengolahan pertanian mereka.
"Kami harap pupuk kompos ini dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh petani di Dukuh Seman," katanya.