"Saya lagi nyusun APBD, untuk kita rancang agar soal penanganan sampah bisa masuk, terlebih kepala Dinas LHK ditunjuk sebagai Ketua Dewan Konsorsium Sampah yang juga melibatkan pengusaha, tokoh masyarakat, seniman dan lainnya. Jadi secara kelembagaan ada, ini yang akan kita jadikan acuan untuk mengeluarkan kebijakan. Jadi (Kongres Sampah, red) ini bukan sekadar kumpul-kumpul atau pertukaran wacana," katanya di Semarang, Senin.
Kongres Sampah yang digelar 12-13 Oktober 2019 mengeluarkan empat rekomendasi akhir, yakni pembentukan Satgas Sampah di seluruh desa di Jateng, mencanangkan Gerakan Pemilahan Sampah 3 Ng yaitu ngelongi, nganggo, lan ngolah (mengurangi, memanfaatkan, dan mengolah), memberi insentif pada inovasi pengolahan, serta pembentukan Dewan Konsorsium Sampah Jateng.
Baca juga: Ganjar beberkan urgensi penyelenggaraan Kongres Sampah
Acuan kebijakan tersebut berupa rumusan yang saat ini tengah digarap oleh tim kecil yang terdiri dari kalangan pemerintahan, akademisi, aktivis serta inovator persampahan.
Menurut Ganjar, rumusan itu meliputi mana rekomendasi yang harus dibuat regulasi, mana yang perlu dukungan politik anggaran, mana yang jadi dorongan atau perintah terkait penanganan persampahan.
"Tim ini sudah bekerja, kita siapkan percepatan di tahun depan. Urusannya gampang. Ritmenya mengikuti politik anggaran, sampai pertengahan November APBD akan diketok, maka hari ini segera kita masukkan mana-mana negara yang mesti terlibat. Termasuk rangsangan dengan lomba. Lomba Satgas, bank sampah dan lainnya," ujarnya.
Terkait dengan pembentukan Satgas Sampah, Ganjar mengatakan adalah hal yang sangat mungkin terlebih sudah ada embrionya di Desa Kesongo, tempat diselenggarakannya Kongres Sampah, namun gerakan tersebut memang memerlukan waktu, tidak bisa langsung jadi.
"Kongres Sampah ini adalah titik bertemunya para inovator, kreator, dan pelaku yang masing-masing punya pengalaman baik untuk mengelola sampah. Ketika orang mudah marah soal sampah sebenarnya mereka berimajinasi seolah-olah mengatakan ayo kita bereskan dan kerjakan, tapi bagaimana mengerjakannya? Praktik baik di level desa itu berbeda apalagi di perkampungan kota," katanya.
Perbedaan cara itulah yang akan diterapkan Ganjar untuk mengatasi sampah di Jawa Tengah.
Baca juga: Kongres Sampah merekomendasikan pembentukan satgas sampah di desa
Ganjar mengutip filosofi Jawa deso mowo coro negoro toto yang bermakna setiap wilayah punya kearifan lokal masing-masing, maka negara yang harus memadukan.
Cuma, lanjut Ganjar, ketika hal tersebut tidak terlalu efektif bisa dilanjutkan dengan membuat aturan, urutannya dari imbauan ke masyarakat kemudian dilahirkan regulasi.
"Banyak orang yang tidak sabar sehingga orang menyampaikan bahwa ini harus cepat. Kemarin dapat cuitan dari Bu Susi, Bu Susi termasuk kategori orang tidak sabar. Karena apapun yang diomongkan dan gerakkan tidak terlembagakan dengan baik, padahal ini mengubah perilaku," ujarnya.
Menurut Ganjar, dengan adanya kelembagaan yang mengawasi sampah seperti Dewan Konsorsium Sampah yang telah dicanangkan di Kongres Sampah diharapkan memperoleh data riil soal persampahan dari dalam rumah hingga pengolahan.
Kalau itu sudah berjalan, akan lebih memudahkan pengelolaannya di TPA, misalnya di Kabupaten Cilacap, Semarang dan Solo karena tiga daerah itu bisa dijadikan replikasi pengelolaan TPA di daerah lain.
Baca juga: Warga lokasi Kongres Sampah punya kebiasaan kelola sampah
"Kita ukur satu tahun nanti ada perubahan di setiap area atau tidak? Nah perguruan tinggi akan kita libatkan untuk ini. Saya inginnya kalau dari (kongres sampah) ini kemudian dibuat banyak kebijakan dan bisa berjalan dengan baik, kongres sekali itu cukup, tapi rasa-rasanya akan ada lagi di tahun depan untuk mengukur capaian Kongres Sampah perdana ini dalam satu tahun. Jika setelah itu sudah ada yang bisa diukur secara kuantitatif maka kongres ini cukup dua kali, selanjutnya aksi terus," katanya.
Untuk membuat aksi tersebut, Ganjar mengajak masyarakat agar turut aktif dalam gerakan pemilahan sampah sejak dalam rumah dan agar lebih memudahkan gerakan itu, maka perlu dibentuk komunitas peduli lingkungan sebanyak-banyaknya.
"Ayo buat komunitas di setiap daerahmu untuk mulai pemilahan sampah, kemudian kita olah, atau berikan ke pengelola yang punya cara pengolahan yang benar," ujarnya. (LHP)