"Kongres Sampah merekomendasikan Gubernur Ganjar Pranowo untuk segera mengeluarkan kebijakan agar seluruh desa di Jawa Tengah membuat satgas sampah," kata Putut Yulianto, panitia Kongres Sampah, di Kabupaten Semarang, Minggu.
Untuk menjamin keberlangsungan satgas sampah, lanjut dia, direkomendasikan juga agar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memberikan jaminan terhadap bantuan infrastruktur serta temuan inovasi pengelolaan sampah.
Ia menjelaskan bahwa sidang lima komisi pada Kongres Sampah telah menyepakati penanganan sampah di Tanah Air, minimal di Jawa Tengah, harus berupa aksi nyata, bukan berkutat di ruang wacana.
Baca juga: Kongres Sampah hasilkan empat rekomendasi sementara
Untuk aksi nyata tersebut sudah ada contoh kongkret pengelolaannya, yakni di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, tempat dilaksanakannya Kongres Sampah.
"Kami menyepakati agar Gubernur menginstruksikan kepada pemerintah desa dan kelurahan untuk segera membentuk satgas sampah yang bertugas melakukan penegakan regulasi pengelolaan sampah. Sekarang sudah ada embrio Satgas Sampah di Desa Kesongo yang merupakan Tim Peduli Sampah Desa," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa warga Desa Kesongo dalam satu tahun terakhir memang telah menerapkan pola pemilahan sampah sejak dalam rumah.
Pemilahan sampah juga dilakukan lewat adanya dua keranjang sampah di depan rumah, yakni Keranjang Sampah Iso Bosok dan Keranjang Sampah Ora Iso Bosok.
Baca juga: Warga lokasi Kongres Sampah punya kebiasaan kelola sampah
Tidak hanya itu, alat pengangkut sampah juga ada pembedaan untuk sampah organik dan non-organik, sedangkan di tempat penampungan sementara juga masih dilakukan pemilahan.
"Agar semua desa bisa menerapkan seperti itu, Gubernur bisa memberikan insentif bagi semua pihak yang telah mengembangkan temuan, karya dan produk pengelolaan sampah yang berbasis kearifan lokal," katanya.
Ada juga semacam "jaminan dan arahan" bahwa bantuan keuangan Gubernur Jateng ke desa agar dialokasikan ke infrastruktur atau inovasi pengelolaan sampah.
Seperti halnya Desa Kesongo yang memilih bahasa sederhana lewat pemberian nama dua tempat, Gubernur Jawa Tengah juga direkomendasikan mencanangkan gerakan pemilahan sampah dengan bahasa yang sederhana pula agar masyarakat mudah menerima.
Baca juga: Ganjar beberkan urgensi penyelenggaraan Kongres Sampah
"Gerakan pemilahan sampah 'Jateng Gayeng Telung Ng' yakni 'Ngelongi', 'Nganggo', 'Ngolah'. 'Ngelongi' untuk mengganti 'reduce', 'nganggo' mengganti 'reuse', dan 'ngolah' untuk 'recycle'," ujarnya.
Untuk membantu pelaksanaan teknis, lanjut Putut, Sidang Komisi Kongres Sampah telah menyepakati terbentuknya Dewan Konsorsium Sampah Jateng yang berada di bawah kendali Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, serta melibatkan perwakilan semua komponen peserta kongres.
"Dan disepakati untuk mengajak semua komponen masyarakat lain, termasuk pemuka agama, seniman-budayawan, tani-nelayan, pelajar-mahasiswa, jurnalis media," katanya.
Menurut dia, setelah Kongres Sampah digelar, juga bakal disusul dengan beberapa pertemuan lanjutan untuk mempertajam strategi gerakan tersebut, dimana pertemuan tersebut diberi label "Jateng Gayeng Telung Ng".
"Diharapkan, pada forum awal sebagai tindak lanjut Kongres Sampah akan diperjelas aspek-aspek terkait, seperti kelembagaan, sumber dana dan lainnya," ujarnya.
Baca juga: Jateng akan gelar Kongres Sampah di Tuntang
Baca juga: Jateng siapkan Kongres Sampah