Seorang anak petani lulus dari UMP dengan predikat Cum Laude
Ya Allah, yang bisa saya lakukan selama tidak mengganggu kuliah saya dan dapat meringankan beban orang tua, saya lakukan
Purwokerto (ANTARA) - Seorang anak petani berhasil lulus dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Niklah Nurohmah dengan predikat Cum Laude.
Gadis berusia 21 tahun yang diwisuda bersama 1.539 lulusan lainnya dalam acara Wisuda Ke-63 Magister, Sarjana, dan Ahli Madya Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (28/9), itu menuntaskan studi stara satu (S1) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,64.
Niklah Nurohmah mengatakan pencapaian prestasi tersebut berkat kekuatan doa kedua orang tuanya, Widhi Suweno dan Suyem, yang tiada tara serta berkah-Nya.
Dia yang aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu menjadikan keterbatasan yang ada sebagai cambuk untuk membuanya lebih kreatif dan cukup tangguh dalam menghadapi keadaan.
Menurut dia, kondisi ekonomi yang terbatas bukan alasan seseorang untuk menyerah meraih pendidikan tinggi dan meraih cita-cita yang diinginkan.
"Kita biasa makan seadanya dengan daun singkong dari kebun dan nasi yang didapat dari panen padi setiap musim. Untuk lauk bagi adik-adik saya, orang tua saya memelihara entok dan bebek meskipun tidak banyak, namun setidaknya bisa menambah gizi adik-adik tetap dijaga," katanya.
Baca juga: 1.540 lulusan UMP siap membangun Indonesia
Dorongan serta prinsip yang dipegang teguh oleh orang tuanya membuat Niklah berani melanjutkan pendidikan tinggi dengan segala keterbatasan yang ada. "Prinsip orang tua saya, hidup sederhana tidak apa-apa, namun lakukan dengan kerja keras, rajin menabung untuk pendidikan anak-anak, dan menjamin anak-anaknya dapat meraih pendidikan yang lebih baik," jelasnya.
Sebagai sulung dari empat bersaudara, Niklah dituntut untuk menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya.
"Risiko ketika saya kuliah dengan penghasilan orang tua yang belum pasti dan tidak banyak. Saya juga harus memikirkan kehidupan adik-adik saya. Banyak tekanan dari berbagai sisi. Alhamdulillah, saya tumbuh di keluarga yang tegas sehingga membuat saya kuat mengemban amanah yang diberikan orang tua untuk kuliah di Purwokerto," katanya.
Baca juga: UMP dorong dosen perbanyak karya terpublikasi di jurnal internasional
Niklah pun menceritakan pengalaman saat ekonomi keluarganya sedang terpuruk, sehingga dia tidak mendapatkan kiriman uang untuk kebutuhan kuliah dan makan di Purwokerto.
"Saya tidak tahu sampai kapan orang tua saya tidak mengirimkan uang, sehingga saat itu saya berpikir keras agar tetap bisa bertahan hidup dan menjalankan kuliah seperti teman-teman yang lain. Dengan bekal kuliah Teknologi Tepat Guna (TTG) yang melatih mahasiswa menanam sayur-sayuran di lahan kecil saya manfaatkan ilmu itu untuk bisa makan walaupun hanya nasi dengan sayur hasil TTG," jelasnya.
Selain itu, dia juga pernah berjualan tiket dan menjadi penulis freelance. “Ya Allah, yang bisa saya lakukan selama tidak mengganggu kuliah saya dan dapat meringankan beban orang tua, saya lakukan," kata Niklah saat menceritakan pengalamannya.
Baca juga: UMP targetkan segera miliki prodi S3 pendidikan
Setelah melewati proses yang pahit, akhirnya dia menyadari bahwa UMP berperan sangat besar dalam hidupnya, salah satunya bisa mengenal IMM.
Ia mengaku melalui IMM bisa mendapatkan pengetahuan yang luas tentang cara hidup bermasyarakat dan cara beragama yang baik.
"Saya yang awalnya sangat rendah diri, sedikit demi sedikit mulai membangun kepercayaan diri saya yang dibarengi dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang saya miliki. Hal tersebut membawa pengaruh positif dalam hidup saya, sehingga saya berani meninggalkan zona nyaman untuk sesuatu yang lebih membutuhkan uluran tangan, semua itu saya pelajari di IMM sebagai Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) PK IMM Insan Kamil," katanya. (cah/tgr)
Gadis berusia 21 tahun yang diwisuda bersama 1.539 lulusan lainnya dalam acara Wisuda Ke-63 Magister, Sarjana, dan Ahli Madya Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (28/9), itu menuntaskan studi stara satu (S1) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,64.
Niklah Nurohmah mengatakan pencapaian prestasi tersebut berkat kekuatan doa kedua orang tuanya, Widhi Suweno dan Suyem, yang tiada tara serta berkah-Nya.
Dia yang aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu menjadikan keterbatasan yang ada sebagai cambuk untuk membuanya lebih kreatif dan cukup tangguh dalam menghadapi keadaan.
Menurut dia, kondisi ekonomi yang terbatas bukan alasan seseorang untuk menyerah meraih pendidikan tinggi dan meraih cita-cita yang diinginkan.
"Kita biasa makan seadanya dengan daun singkong dari kebun dan nasi yang didapat dari panen padi setiap musim. Untuk lauk bagi adik-adik saya, orang tua saya memelihara entok dan bebek meskipun tidak banyak, namun setidaknya bisa menambah gizi adik-adik tetap dijaga," katanya.
Baca juga: 1.540 lulusan UMP siap membangun Indonesia
Dorongan serta prinsip yang dipegang teguh oleh orang tuanya membuat Niklah berani melanjutkan pendidikan tinggi dengan segala keterbatasan yang ada. "Prinsip orang tua saya, hidup sederhana tidak apa-apa, namun lakukan dengan kerja keras, rajin menabung untuk pendidikan anak-anak, dan menjamin anak-anaknya dapat meraih pendidikan yang lebih baik," jelasnya.
Sebagai sulung dari empat bersaudara, Niklah dituntut untuk menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya.
"Risiko ketika saya kuliah dengan penghasilan orang tua yang belum pasti dan tidak banyak. Saya juga harus memikirkan kehidupan adik-adik saya. Banyak tekanan dari berbagai sisi. Alhamdulillah, saya tumbuh di keluarga yang tegas sehingga membuat saya kuat mengemban amanah yang diberikan orang tua untuk kuliah di Purwokerto," katanya.
Baca juga: UMP dorong dosen perbanyak karya terpublikasi di jurnal internasional
Niklah pun menceritakan pengalaman saat ekonomi keluarganya sedang terpuruk, sehingga dia tidak mendapatkan kiriman uang untuk kebutuhan kuliah dan makan di Purwokerto.
"Saya tidak tahu sampai kapan orang tua saya tidak mengirimkan uang, sehingga saat itu saya berpikir keras agar tetap bisa bertahan hidup dan menjalankan kuliah seperti teman-teman yang lain. Dengan bekal kuliah Teknologi Tepat Guna (TTG) yang melatih mahasiswa menanam sayur-sayuran di lahan kecil saya manfaatkan ilmu itu untuk bisa makan walaupun hanya nasi dengan sayur hasil TTG," jelasnya.
Selain itu, dia juga pernah berjualan tiket dan menjadi penulis freelance. “Ya Allah, yang bisa saya lakukan selama tidak mengganggu kuliah saya dan dapat meringankan beban orang tua, saya lakukan," kata Niklah saat menceritakan pengalamannya.
Baca juga: UMP targetkan segera miliki prodi S3 pendidikan
Setelah melewati proses yang pahit, akhirnya dia menyadari bahwa UMP berperan sangat besar dalam hidupnya, salah satunya bisa mengenal IMM.
Ia mengaku melalui IMM bisa mendapatkan pengetahuan yang luas tentang cara hidup bermasyarakat dan cara beragama yang baik.
"Saya yang awalnya sangat rendah diri, sedikit demi sedikit mulai membangun kepercayaan diri saya yang dibarengi dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang saya miliki. Hal tersebut membawa pengaruh positif dalam hidup saya, sehingga saya berani meninggalkan zona nyaman untuk sesuatu yang lebih membutuhkan uluran tangan, semua itu saya pelajari di IMM sebagai Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) PK IMM Insan Kamil," katanya. (cah/tgr)