Purwokerto (ANTARA) - Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman Roy Andreas, Ph.D menilai cukai plastik efektif menjadi salah satu upaya untuk menurunkan penggunaan plastik.
"Cukai dapat efektif menurunkan penggunaan plastik. Misalkan dengan besaran di atas Rp1.000 untuk setiap lembar plastik dengan ketebalan 75 mikron ke bawah dan dibebankan ke pembeli," katanya di Purwokerto, Selasa.
Roy yang merupakan Wakil Dekan 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed tersebut menambahkan dengan adanya cukai tersebut diharapkan akan mengubah perilaku pembeli.
"Sehingga diharapkan perilaku pembeli berubah dengan membawa keranjang sendiri dari rumah untuk bisa dipakai berulang," katanya.
Kendati demikian, kata dia, langkah tersebut tidak dapat menjadi upaya tunggal.
Upaya lain yang perlu dilakukan antara lain memberikan insentif bagi industri yang bisa mendaur ulang sampah plastik.
Selain itu, pemerintah juga harus memulai untuk memperbaiki manajemen sampah terutama sampah plastik sehingga lebih mudah untuk didaur ulang atau dikelola.
Dia menambahkan, upaya untuk mengurangi sampah plastik perlu dilakukan mengingat dampaknya yang buruk terhadap lingkungan.
"Sampah plastik memang sangat merusak lingkungan karena sulit diurai. Di tanah karena sulit dijangkau matahari, sehingga akan bertahan dalam bentuk plastik dalam jangka waktu panjang sekitar 500 hingga 1.000 tahun," katanya.
Sementara itu, tambah dia, sampah plastik juga banyak ditemukan di laut dan dapat mencemari laut.
"Di laut, sampah plastik jika terdegradasi akan membentuk senyawa yang lebih kecil yaitu bisphenol A (BPA) yang bersifat toksik dan akan masuk ke rantai makanan," katanya.
Selain itu, kata dia, plastik yang dibakar juga dapat mencemari udara.
"Plastik utamanya Jenis PVC yang mengandung halogen, jika dibakar akan menghasilkan gas dioksin yang bersifat toksik jika terhirup manusia atau hewan," katanya.