Kudus (ANTARA) - Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengungkapkan jumlah aglomerasi pabrik hasil tembakau (APHT) di Tanah Air semakin bertambah menjadi empat setelah diawali di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
"Daerah lain yang juga memiliki APHT seperti di Kabupaten Kudus, yakni Kabupaten Soppeng (Provinsi Sulawesi Selatan), Mataram (Nusa Tenggara Barat), dan Sumenep (Jawa Timur)," ujarnya saat mendampingi rombongan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi XI DPR RI ke Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Kudus, Selasa.
Ia mendorong daerah lain juga mengembangkan APHT, karena sangat membantu industri kecil di bidang hasil tembakau.
Jika berdiri sendiri, kata dia, dimungkinkan belum memenuhi persyaratan, sehingga bisa masuk ke APHT atau KIHT karena bisa terpenuhi. Misal, untuk luas bangunan minimal 200 meter persegi.
"Anggaran untuk pembangunan APHT, memungkinkan menggunakan DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau), karena pusat mengalokasikan dana itu," ujarnya.
Untuk bisa memanfaatkannya, maka pemerintah daerah yang berminat membangun APHT harus mengalokasikan masuk ke APBD untuk membangun KIHT meskipun pengalaman yang terjadi membutuhkan waktu antara 3-4 tahun.
Manfaat dari adanya APHT, kata dia, mulai dari penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak, hingga peluang pertumbuhan industri rokok.
"Perkembangan terkini, industri rokok memang terus tumbuh. Tetapi kompetisi makin menantang. Apalagi untuk golongan tiga yang harganya murah itu. Tetapi yang menjadi tantangan kami di cukai merupakan rokok ilegal," ujarnya.
Ia berharap dukungan semua pihak untuk bersama-sama memberantas peredaran rokok ilegal.
Keberadaan KIHT Kudus untuk saat ini terdapat 14 perusahaan rokok golongan tiga dengan jumlah merek rokok yang didaftarkan mencapai 68 merek.
Pemkab Kudus juga berencana menambah satu APHT lagi yang ada di Jalan Pantura Kudus-Pati di Desa Klaling, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Rencananya lewat dukungan APBD 2025 hendak membangun tambahan gedung produksi rokok sebanyak 16 unit dan satu gedung sigaret kretek mesin (SKM).