Semarang (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP) Jateng-DIY menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan MuatMuat untuk memangkas biaya dan mempercepat distribusi komoditas perkebunan ke pasar domestik dan internasional lewat digitalisasi.
Ketua GPP Jateng-DIY Budiyono, di Semarang, Rabu, mengungkapkan bahwa kerja sama tersebut menandai babak baru transformasi digital di sektor perkebunan.
Menurut dia, selama ini pengiriman dilakukan secara konvensional dengan masing-masing perusahaan mencari vendor logistik sendiri.
"Mudah-mudahan MoU ini bisa membantu GPP Jateng-DIY di sektor perkebunan itu bisa lebih efektif, efisien dalam logistiknya," katanya, usai penandatanganan MoU dengan MuatMuat.
Ia menyebutkan bahwa komoditas utama perkebunan di Jateng adalah karet yang menjadi produk ekspor andalan dengan sebagian besar terserap pasar luar negeri untuk industri ban pesawat dan mobil global yakni Michelin, serta komoditas teh.
"Untuk ekspor tidak ada masalah, justru tantangannya ada di harga. Kami tidak bisa menentukan harga sendiri karena harus mengikuti pasar global seperti SICOM," katanya.
Seiring dengan itu, kata dia, pelaku usaha tengah meningkatkan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen luar negeri.
Meski banyak sektor industri terdampak gejolak global, ia mengaku bahwa sektor perkebunan di Jateng-DIY sejauh ini tetap stabil.
Ia juga menambahkan bahwa inovasi seperti agrowisata menjadi penopang baru sektor ini, seperti unit perkebunan teh yang juga menyediakan fasilitas penginapan dengan tarif premium.
"Pengembangan yang lain pengembangan di agrowisata di sektor perkebunan itu sekarang kalau hanya mengandalkan komoditas saja kurang bagus. Seperti Tambi itu bukan tehnya yang bikin profit tetapi agrowisata," katanya.
Sementara itu, CEO MuatMuat Daniel Budi Setiawan menyampaikan bahwa adopsi teknologi digital dapat menjadi kunci bagi perusahaan transportasi untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Serta, dapat juga untuk memperluas jangkauan pasar, dan mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

