Semarang (ANTARA) - Platform aplikasi MuatMuat berupaya menghadirkan ekosistem digital logistik yang menawarkan efisiensi sehingga semakin memudahkan sistem distribusi barang dan menurunkan biaya pengeluaran.
Chief Executive Officer (CEO) MuatMuat Daniel Budi Setiawan, di Semarang, Selasa, menyampaikan bahwa biaya logistik di Indonesia selama ini cukup tinggi.
"Terus terang, kalau kami melihat problem di negara kita biaya logistiknya bisa mencapai 24-27 persen dari PDB (pendapatan domestik bruto)," katanya.
Dengan kondisi semacam itu, kata dia, pihaknya merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian bagaimana bisa mengurangi beban biaya logistik agar lebih efisien.
"Kalau biaya logistik mencapai 24-27 persen dari PDB, terus bagaimana kedepannya industri-industri kita, apakah masih akan bisa kompetitif?" katanya.
Menurut dia, swasta berperan mengontrol faktor efisiensi pasar, sedangkan harga barang modal dari tahun ke tahun semakin mahal, misalnya harga truk yang digunakan sebagai armada pengangkut.
Ia mencontohkan harga armada truk pengangkut pada tahun 1970-an hanya Rp4,8 juta, sedangkan sekarang ini harga bisa sampai miliaran rupiah alias semakin tak terjangkau.
"Konsekuensi tidak efisien, maka truk-truk yang tua-tua itu tidak bisa memperbarui. Kalau truk yang tua enggak bisa memperbarui maka akan banyak 'accident', kecelakaan," katanya.
Kemudian, perusahaan ekspedisi atau logistik juga memerlukan bangunan yang memadai sebagai kantor sehingga menjadi beban biaya tersendiri yang diperlukan.
Dengan ekosistem digital logistik, kata dia, perusahaan yang mempunyai truk dari lima, 10, puluhan sampai ratusan unit tidak selalu harus mempunyai kantor.
"Sebuah kantor itu investasinya mahal karena harus beli atau sewa, kemudian harus ada orang, ada organisasinya, enggak cukup satu atau beberapa orang. Harus membiayai listrik, air, telepon, semuanya menjadi biaya," katanya.
Dengan ekosistem digital logistik yang dihadirkan MuatMuat, perusahaan logistik cukup memonitor lewat komputer untuk mencari muatan secara lebih efisien, baik perjalanan berangkat atau pulang.
"Misalkan sudah muat sampai di Blitar atau di Malang, ndak punya kantor di sana, kemudian cari muatan di sana lewat MuatMuat kemudian dapat, maka dia ndak perlu 'ngosong' ke Surabaya, atau dapatnya untuk Jogja, ya sudah langsung muat ke Jogja," katanya.
Ia mengatakan bahwa MuatMuat berusaha berkontribusi dengan mencarikan vendor-vendor yang cukup besar yang kredibel, pabrikan, importir, ATPM maupun distributor tunggal.
"Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk belanja suku cadang menurun. Diharapkan, bisa 'saving cost' 15 persen, bahkan mungkin bisa sampai 20 persen," kata Daniel.
Saat ini, ada sekitar 6.000 perusahaan penyedia barang (seller), 400 perusahaan logistik, dan 700 perusahaan pengirim muatan (transporter) yang bergabung dalam platform MuatMuat.