Ihwal bawang putih, Indonesia tertinggal 20 tahun
Temanggung (Antaranews Jateng) - Pengetahuan tentang bawang putih di Indonesia tertinggal 20 tahun lebih dari negara lain, kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto.
Setyanto di Temanggung, Kamis, mengatakan pada akhir 2017 pihaknya ditugaskan Menteri Pertanian untuk mencari informasi tentang bawang putih di luar negeri untuk mendukung pengembangan bawang putih di Indonesia menuju swasembada tahun 2019-2020.
"Kemudian kami kunjungi beberapa negara pengahasil bawang putih terbesar di dunia, yakni China, Taiwan, Mesir, dan India," katanya usai mendampingi tim dari Lembaga Penelitian Sandong China yang menangani sayuran dan bunga meninjau tanaman bawang putih di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Setelah berkunjung ke negara-negara tersebut, ini adalah kunjungan balasan dari China, mereka ingin melihat bagaimana tanaman bawang putih di Indonesia, ada tidak prospeknya ke depan untuk swasembada.
Ia mengatakan kalau dilihat seperti ini, untuk kualitas lokal ada yang kecil dan ada yang besar-besar walaupun jenisnya sama, artinya perlu teknologi dalam budi daya bawang putih ini.
"Satu jenis ada yang besar ada yang kecil, jadi kita perlu teknologi. Teknologi inilah yang harus kita cari, kita kejar supaya kita bisa menghasilkan siung yang besar-besar semua," katanya.
Di sisi lain, katanya ternyata petani juga bisa menghasilkan siung bawang putih yang besar, ini fakta di lapangan dan tidak ada manipulasi. Artinya harus ada teknologi, petani harus diberi ilmu pengetahuan bagaimana budi daya bawang putih agar menghasilkan siung yang besar, supaya nanti bisa berdaya saing.
"Kalau melihat ukuran bawang yang besar ini, kami optimistis Indonesia bisa menghasilkan bawang putih berkualitas bagus. Sebelumnya saya sempat agak khawatir juga, kira-kira Indonesia bisa tidak, ternyata hasil di lapangan cukup bagus," katanya.
Menurut dia dibandingkan bawang putih impor, salah satu keunggulan bawang putih Indonesai rasanya lebih pedas, satu siung bawang putih Indonesia dibanding tiga siung bawang putih impor.
"Kalau untuk memasak cukup satu siung bawang putih Indonesia, sengangkan dengan bawang putih impir harus tiga siung," katanya.
Namun, katanya di Indonesia ini rata-rata ukurannya kecil-kecil, tetapi dengan teknik budi daya yang baik dan benar bisa menghasilkan yang besar-besar seperti di Desa Glapansari ini.
Ia menuturkan kalau digunakan untuk obat bawang putih dari Indonesia sangat cocok, karena kandungan alisinnya lebih tinggi.
Setyanto di Temanggung, Kamis, mengatakan pada akhir 2017 pihaknya ditugaskan Menteri Pertanian untuk mencari informasi tentang bawang putih di luar negeri untuk mendukung pengembangan bawang putih di Indonesia menuju swasembada tahun 2019-2020.
"Kemudian kami kunjungi beberapa negara pengahasil bawang putih terbesar di dunia, yakni China, Taiwan, Mesir, dan India," katanya usai mendampingi tim dari Lembaga Penelitian Sandong China yang menangani sayuran dan bunga meninjau tanaman bawang putih di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Setelah berkunjung ke negara-negara tersebut, ini adalah kunjungan balasan dari China, mereka ingin melihat bagaimana tanaman bawang putih di Indonesia, ada tidak prospeknya ke depan untuk swasembada.
Ia mengatakan kalau dilihat seperti ini, untuk kualitas lokal ada yang kecil dan ada yang besar-besar walaupun jenisnya sama, artinya perlu teknologi dalam budi daya bawang putih ini.
"Satu jenis ada yang besar ada yang kecil, jadi kita perlu teknologi. Teknologi inilah yang harus kita cari, kita kejar supaya kita bisa menghasilkan siung yang besar-besar semua," katanya.
Di sisi lain, katanya ternyata petani juga bisa menghasilkan siung bawang putih yang besar, ini fakta di lapangan dan tidak ada manipulasi. Artinya harus ada teknologi, petani harus diberi ilmu pengetahuan bagaimana budi daya bawang putih agar menghasilkan siung yang besar, supaya nanti bisa berdaya saing.
"Kalau melihat ukuran bawang yang besar ini, kami optimistis Indonesia bisa menghasilkan bawang putih berkualitas bagus. Sebelumnya saya sempat agak khawatir juga, kira-kira Indonesia bisa tidak, ternyata hasil di lapangan cukup bagus," katanya.
Menurut dia dibandingkan bawang putih impor, salah satu keunggulan bawang putih Indonesai rasanya lebih pedas, satu siung bawang putih Indonesia dibanding tiga siung bawang putih impor.
"Kalau untuk memasak cukup satu siung bawang putih Indonesia, sengangkan dengan bawang putih impir harus tiga siung," katanya.
Namun, katanya di Indonesia ini rata-rata ukurannya kecil-kecil, tetapi dengan teknik budi daya yang baik dan benar bisa menghasilkan yang besar-besar seperti di Desa Glapansari ini.
Ia menuturkan kalau digunakan untuk obat bawang putih dari Indonesia sangat cocok, karena kandungan alisinnya lebih tinggi.