Pekalongan, ANTARA JATENG - Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Kota Pekalongan, Jawa Tengah meminta pada pemerintah lebih berorientasi pada program usaha padat karya dalam upaya menghidupkan industri tekstil di Indoensia.
Ketua Asephi Kota Pekalongan Romi Oktabirawa di Pekalongan, Sabtu, mengatakan sebenarnya potensi pasar tekstil Indonesia lebih besar dibanding negara di Eropa.
"Hanya saja, sekarang ini teknologi mesin harus bersaing dengan tenaga manusia. Oleh karena, kami berharap pemerintah harus jeli dalam upaya membuka lapangan pekerjaan dengan mengedepankan padat karya," katanya.
Ia mengatakan bahan tekstil merupakan kebutuhan pokok manusia karena semua orang akan membutuhkan pakaian sehingga potensi pasar tekstil sangat potensial.
"Oleh karena, kami berharap pemerintah memiliki program inovasi terkait pertekstilan agar tidak bergantung pada negara lain, seperti Tiongkok," katanya.
Selama ini, kata dia industri pertekstikan di Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk mendatangkan bahan baku tekstil, seperti kapas.
Menurut dia, sebenranya Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu besar untuk menyediakan bahan baku tekstil, seperti serat bahan alami.
"Hanya saja, hingga kini belum ada upaya pemerintah untuk membuka perusahaan untuk memproduksi bahan baku tekstil sendiri. Selama ini, kami harus masih mengimpor," katanya.
Penggurus Yayasan Batik Indonesia Bidang Pelestarian Batik dan Pengembangan Budaya Batik ini menambahkan dengan adanya ketergantungan bahan baku tekstil maka sekitar 80 persen industri pertekstilan Indonesia masih mengimpor.