Dalam spirit Alfred Nobel, penghargaan diberikan pada penemuan yang bermanfaat besar bagi kemanusiaan, menggunakan LED biru, cahaya putih bisa dikreasikan dengan cara baru, demikian siaran pers dari Royal Swedish Academy of Sciences di laman resmi Nobel.
Kedatangan lampu-lampu LED memberikan alternatif sumber cahaya yang bertahan lama dan lebih efisien dibandingkan dengan sumber cahaya sebelumnya.
Ketika Isamu Akasaki, Hiroshi Amano dan Shuji Nakamura menghasilkan pantulan cahaya biru terang dari semi-konduktor mereka pada awal tahun 1990-an, mereka memicu transformasi fundamental teknologi pencahayaan.
Diode merah dan hijau sudah lama ada dalam waktu lama, tapi tanpa cahaya biru, lampu bercahaya putih tidak bisa dibuat.
Meskipun upaya sudah cukup besar dilakukan, dalam komunitas ilmiah maupun industri, LED biru masih menjadi tantangan untuk tiga dekade.
"Mereka berhasil ketika yang lain gagal," kata Royal Swedish Academy of Sciences.
Intervensi mereka dinilai revolusioner. Lampu LED putih yang memancarkan cahaya putih terang bertahan lama dan efisien energi.
Mereka terus menerus mengalami perbaikan, menjadi makin efisien dengan fluks cahaya lebih tinggi (dengan ukuran lumen) per unit masukan tenaga listrik (dalam ukuran watt).
Rekor paling baru hanya 300 lm/W, yang bisa dibandingkan dengan 16 bohlam reguler dan hampir 70 lampu fluorescen.
Karena sekitar seperempat konsumsi listrik dunia digunakan untuk tujuan pencahayaan, LED memberikan sumbangan besar untuk menyelamatkan sumber daya Bumi.
Konsumsi material juga berkurang karena LED tahan sampai 100.000 jam, dibandingkan dengan 1.000 jam untuk bola lampu pijar dan 10.000 jam untuk lampu fluorescen.
Lampu LED menjanjikan peningkatan kualitas hidup untuk 1,5 miliar orang di seluruh dunia yang kekurangan akses ke jaringan listrik: karena permintaan listrik yang rendah mereka bisa memanfaatkan tenaga surya yang murah.
Penemuan LED biru baru berusia 20 tahun, tapi sudah memberikan sumbangan untuk menciptakan cahaya putih dengan cara yang sepenuhnya baru untuk keuntungan bagi semua.
Konsumsi listrik dan material jadi lebih hemat berkat temuan Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, dan Shuji Nakamura.
Isamu Akasaki, yang lahir di Jepang tahun 1929, adalah profesor di Nagoya University dan Meijo University. Hiroshi Amano lahir tahun 1960 di Jepang dan sekarang merupakan profesor di Nagoya University.
Sementara Shuji Nakamura merupakan warga negara Amerika yang lahir di Jepang tahun 1954. Dia adalah profesor di University of California, Santa Barbara, California.
Berita Terkait
Penemu fosil purba di Kudus diusulkan mendapatkan kompensasi
Kamis, 22 Agustus 2024 16:15 Wib
Penemu lingga yoni terbesar dapat hadiah dari Pemkab Magelang
Jumat, 25 November 2022 20:05 Wib
Program pendidikan harus sesuai kebutuhan siswa
Senin, 11 April 2022 22:30 Wib
PPI Bursa hadirkan penemu talents observation dari Indonesia
Kamis, 16 September 2021 2:11 Wib
46 penemu aneka fosil purba di Kudus mendapatkan kompensasi
Rabu, 17 Maret 2021 20:25 Wib
Rescue UGV, robot penemu korban bencana, ciptaan mahasiswa UNS
Jumat, 10 Januari 2020 14:26 Wib
Pemda diminta mandiri berikan kompensasi bagi penemu cagar budaya
Rabu, 13 Maret 2019 10:36 Wib
BPCB Jateng serahkan kompensasi penemu benda cagar budaya
Selasa, 12 Maret 2019 16:06 Wib