Semarang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah mengingatkan bahwa kebutuhan berkeluarga berencana (KB) harus terus digenjot sebagai salah satu dari enam indikator kerja utama program Bangga Kencana.
"Pelaksanaan program Bangga Kencana di 2024 secara umum dapat berjalan dengan baik. Ini terlihat dari capaian lima dari enam indikator kerja utama," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jateng Eka Sulistia Ediningsih, saat membuka Koordinasi Teknis Program Bangga Kencana Jateng 2025, di Semarang, Selasa.
Dari enam indikator kerja utama, kata dia, hanya satu indikator yang tidak tercapai, yakni kebutuhan ber-KB yang masih berada pada angka 9,3 persen, dan belum mampu mencapai target 8,14 persen.
"Satu-satunya indikator yang belum mencapai target adalah
menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmetneed)," katanya.
Ia menjelaskan, indikator kebutuhan ber-KB adalah mereka yang tidak ingin punya anak dalam kurun waktu segera, tetapi mereka tidak mau melaksanakan program KB.
"Artinya, saat ini masih ada 9,3 persen dari pasangan usia subur di wilayah Jateng yang mereka tidak ingin punya anak lagi, tapi mereka tidak ber-KB. Ini harus dicari," katanya.
Sedangkan lima indikator lain terpenuhi, kata dia, yakni angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) sudah berhasil diturunkan menjadi 2,03 anak per wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, dari target sebesar 2,06.
Angka prevalensi pemakaian kontrasepsi modern (modern Contraceptive Prevalence Method/mCPR), kata dia, juga berhasil ditingkatkan menjadi 65,5 persen, atau melampaui target sebesar 65,24 persen.
Kemudian, menurunnya angka kelahiran menurut kelompok umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19) dengan target 17 per 1.000 perempuan 15-19 pada 2024, dan tercapai sebesar 13,7 per 1.000 perempuan 15-19 tahun.
"Meski AFSR 15-19 telah mencapai target menjadi 13,7 per 1.000 perempuan, angka tersebut harus lebih ditekan karena bahaya sekali ketika seorang anak berusia 15 sampai 19 tahun tapi mereka hamil dan melahirkan. Harus kita turunkan, walaupun sudah mencapai target.," katanya.
Indikator selanjutnya adalah meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (i-Bangga) sebesar 63,9 pada 2024, atau melebihi target di angka 58,20.
"Terakhir, meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) perempuan, ditargetkan 21,75 tahun pada tahun 2024, dan telah tercapai melebihi target di angka 22 tahun. Artinya, rata-rata perempuan menikah di Jateng sudah 22 (tahun)," kata Eka.
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan lindungi ratusan kader KB di Solo