PT Beurer resmi beroperasi di KIK Kendal
Kendal (ANTARA) - Produsen alat kesehatan asal Jerman, PT Beurer Indonesia Technology secara resmi telah beroperasi di lahan seluas 8.000 meter persegi di Kawasan Industri Kendal (KIK), Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Peresmian operasional Pabrik Beurer di KIK, Selasa, dihadiri oleh Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Lucia Rizka Andalucia, dan CEO Beurer Marco Bühler.
CEO Beurer Marco Bühler mengatakan bahwa pabrik di Indonesia merupakan yang terbaru didirikan setelah Hongaria, China, dan Moldova, dengan jumlah pekerja 50-100 orang dari kapasitas 200 pekerja.
Menurut dia, Indonesia dilirik sebagai tujuan investasi karena merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar dan berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara.
Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, kata dia, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat dan sedang meningkatkan pasar perawatan kesehatan dan kesejahteraan bagi rakyatnya yang diperkirakan terus meningkat.
Ada empat kategori produk Beurer, yakni "Health care" berupa thermometer, alat tensi dan oximeter; "Well being" berupa lampu terapi, humidifier, "Fitness" berupa alat timbangan, alat pijat dan 'fitness trackers', serta "Personal care" berupa alat cukur, sikat gigi elektrik dan alat 'facial care'.
Sekretaris Daerah Jateng Sumarno menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Beurer untuk berinvestasi di wilayah Jateng yang diharapkan ke depan akan semakin meningkat
"Masalah kesehatan masih menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jateng. Upaya promotif harus lebih dikedepankan. Kami baru saja membayar (klaim, red.) yang dialokasikan untuk BPJS Kesehatan," katanya.
Apabila uang sebesar itu dimaksimalkan untuk upaya promotif dan preventif kesehatan, ia mengatakan hasilnya tentu akan jauh lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Karena itu, kata dia, hadirnya investor di Kendal, terutama yang bergerak di bidang peralatan kesehatan menjadi harapan besar bagi pengembangan kesehatan, sekaligus mampu membuka lapangan pekerjaan baru.
"Harapannya, kehadiran PT Beurer di KIK mempunyai 'multiplier effect' secafa ekonomi di kawasan ekonomi eksklusif (KEK) yang benar-benar dirasakan masyarakat dan semakin menyejahterakan," katanya.
Bahkan, kata Sumarno, program CSR (corporate social responsibility) dari Beurer nantinya bisa dirasakan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan industri tersebut dan warga Kendal.
Sementara itu, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Lucia Rizka Andalucia mengapresiasi kehadiran Beurer karena Indonesia masih banyak membutuhkan alat-alat kesehatan.
"Kami ingin agar masyarakat Indonesia dapat menjaga kesehatannya, dengan 'personal healthcare' masing-masing di rumah sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan," katanya.
Ia berharap masyarakat dapat memiliki peralatan kesehatan pribadi tersebut di rumah, seperti alat pengukur tekanan darah, dan alat pengukur kadar gula darah.
Menurut dia, fasilitas layanan kesehatan, termasuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga akan dilengkapi dengan berbagai peralatan kesehatan penunjang.
"Biaya kesehatan yang tertinggi itu untuk penyakit gagal ginjal dan yang karena disebabkan oleh diabetes melitus, dan sekarang usianya (penderita, red.) makin muda untuk diabetes melitus," kata Lucia.
Peresmian operasional Pabrik Beurer di KIK, Selasa, dihadiri oleh Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Lucia Rizka Andalucia, dan CEO Beurer Marco Bühler.
CEO Beurer Marco Bühler mengatakan bahwa pabrik di Indonesia merupakan yang terbaru didirikan setelah Hongaria, China, dan Moldova, dengan jumlah pekerja 50-100 orang dari kapasitas 200 pekerja.
Menurut dia, Indonesia dilirik sebagai tujuan investasi karena merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar dan berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara.
Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, kata dia, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat dan sedang meningkatkan pasar perawatan kesehatan dan kesejahteraan bagi rakyatnya yang diperkirakan terus meningkat.
Ada empat kategori produk Beurer, yakni "Health care" berupa thermometer, alat tensi dan oximeter; "Well being" berupa lampu terapi, humidifier, "Fitness" berupa alat timbangan, alat pijat dan 'fitness trackers', serta "Personal care" berupa alat cukur, sikat gigi elektrik dan alat 'facial care'.
Sekretaris Daerah Jateng Sumarno menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Beurer untuk berinvestasi di wilayah Jateng yang diharapkan ke depan akan semakin meningkat
"Masalah kesehatan masih menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jateng. Upaya promotif harus lebih dikedepankan. Kami baru saja membayar (klaim, red.) yang dialokasikan untuk BPJS Kesehatan," katanya.
Apabila uang sebesar itu dimaksimalkan untuk upaya promotif dan preventif kesehatan, ia mengatakan hasilnya tentu akan jauh lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Karena itu, kata dia, hadirnya investor di Kendal, terutama yang bergerak di bidang peralatan kesehatan menjadi harapan besar bagi pengembangan kesehatan, sekaligus mampu membuka lapangan pekerjaan baru.
"Harapannya, kehadiran PT Beurer di KIK mempunyai 'multiplier effect' secafa ekonomi di kawasan ekonomi eksklusif (KEK) yang benar-benar dirasakan masyarakat dan semakin menyejahterakan," katanya.
Bahkan, kata Sumarno, program CSR (corporate social responsibility) dari Beurer nantinya bisa dirasakan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan industri tersebut dan warga Kendal.
Sementara itu, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Lucia Rizka Andalucia mengapresiasi kehadiran Beurer karena Indonesia masih banyak membutuhkan alat-alat kesehatan.
"Kami ingin agar masyarakat Indonesia dapat menjaga kesehatannya, dengan 'personal healthcare' masing-masing di rumah sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan," katanya.
Ia berharap masyarakat dapat memiliki peralatan kesehatan pribadi tersebut di rumah, seperti alat pengukur tekanan darah, dan alat pengukur kadar gula darah.
Menurut dia, fasilitas layanan kesehatan, termasuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga akan dilengkapi dengan berbagai peralatan kesehatan penunjang.
"Biaya kesehatan yang tertinggi itu untuk penyakit gagal ginjal dan yang karena disebabkan oleh diabetes melitus, dan sekarang usianya (penderita, red.) makin muda untuk diabetes melitus," kata Lucia.