Semarang (ANTARA) - Penyebaran literasi digital perlu melibatkan masyarakat khususnya dalam lingkup keluarga untuk menciptakan ekosistem digital nasional yang baik dan untuk mendorong hal itu, Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Palu Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan kegiatan Gali Ilmu Literasi Digital yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya edukasi literasi digital.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama di era gempuran konten-konten yang biasanya masuk di hp melalui internet yang semestinya kita harus bisa memfilter konten-konten yang tidak baik bagi kita,” kata Camat Palu Selatan Goenawan pada kegiatan yang digelar Jumat (15/03/2024).
Goenawan menyebutkan ada sejumlah etika yang harus dipelajari terkait bagaimana bermedia sosial dan membuat konten yang baik untuk bisa menjadi pionir di masyarakat dalam menyalurkan informasi-informasi dan agar tidak terjebak dalam konten-konten negatif.
“Kita bisa diskusi dan bertanya sehingga sepulang dari kegiatan ini bisa menyampaikan kepada keluarga kita, tetangga kita, saudara-saudara kita,” ajak Gunawan.
Sementara itu, Dosen Universitas Negeri Makassar sekaligus pegiat literasi digital komunitas Tular Nalar Dedy Aswan dalam kesempatan yang sama menjelaskan mengenai hoaks dan cara menjaga data pribadi.
“Hoaks adalah Informasi yang tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar, ada tiga jenis hoaks yang pertama misinformasi yaitu berita yang salah tetapi karena kita meyakini itu benar maka kita ikut menyebarkannya, lalu mal informasi yaitu informasinya benar tapi memuat opini negatif, dan disinformasi yaitu informasi yang salah dan kita dengan sadar ikut menyebarkannya,” jelas Dedy.
Dedy menyebutkan ada beberapa cara agar hoaks dapat bekerja dibedakan menurut tujuan hoaks itu dibuat dan ada beberapa cara hoaks bekerja, ada kacau isi dimana judulnya tidak sama dengan isinya beritanya, dan ada kacau diri yaitu isi beritanya menyerang sosok tertentu, serta kacau emosi dimana muatan beritanya sangat memantik emosi pembaca.
Selain materi mengenai hoaks, Dedy juga memberikan tips bagaimana menjaga data pribadi agar peserta kegiatan dapat dengan aman dalam menggunakan teknologi informasi.
“Jangan overshare atau terlalu membagi data pribadi, hidupkan pengaturan privasi di sosial media masing-masing dan setting ke mode private, jangan lupa logout akun kita ketika menggunakan komputer publik seperti di kantor atau warnet, dan jangan kita memasukkan data pribadi di web yang tidak jelas,” katanya.
Jawara Internet Sehat dan Mentor Inkubator Bisnis Maleo Techno Center, Andi Rizki Hardiansyah dalam kesempatan yang sama turut memberikan materi mengenai tools apa yang dapat digunakan untuk mendampingi anak di dunia digital.
“Pertama aktifkan Google safe search-nya, agar ketika anak melakukan pencarian di Google yang muncul hanya hal-hal yang relevan, kedua aktifkan mode terbatas di Youtube, sehingga video yang muncul adalah yang aman-aman, atau apabila anaknya masih balita kita bisa manfaatkan Youtube kids karena kontennya khusus anak-anak, dan yang terakhir ada aplikasi parental control.
"Saya sarankan pakai fitur Google family link, jadi kita punya akses penuh terhadap hp anak kita. Tools yang ada di internet dalam pendampingan anak hanya berfungsi membantu orang tua dan bukan menggantikan peran orang tua dalam
mendampingi anak dalam beraktivitas di dunia digital," katanya.
Pada akhirnya aplikasi-aplikasi tersebut, tambahnya, hanya membantu pendampingan anak di dunia digital, tetapi tidak bisa menggantikan peran orang tua dalam mendampingi anak di dunia digital.