Siti Atikoh berpidato dua bahasa sampaikan potensi kerja sama
Semarang (ANTARA) - Siti Atikoh, istri Calon Presiden Ganjar Pranowo, berpidato dalam Bahasa Jepang dan Inggris saat menyampaikan potensi kerja sama antara pemerintah negara Indonesia dengan Jepang.
Pidato dua bahasa tersebut disampaikan pada acara ASJI Annual, International Symposium and Seminar on Japanese Studies in Indonesia di Universitas Sebelas Maret, Kota Surakarta, Kamis.
“Minasan, konnichiwa! Watashitachi wa kyou, koko ni. irasshaimashite, ureshii desu Hajimemashite, Atikoh hingga moushimasu. Kyou wa minna de tanoshiku issho ni. sugosou ke omotteimasu," kata Atikoh membuat riuh suasana peserta yang hadir.
Dirinya yang hadir sebagai Dewan Kehormatan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) itu kemudian menceritakan hubungan Jepang-Indonesia yang erat.
"Saat kita menghadapi berbagai tantangan, seperti bencana alam, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi, kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan kesejahteraan warga negara kita," ujarnya dalam Bahasa Inggris.
Ia kemudian menyampaikan empat sektor yang potensial kerja sama yakni kesehatan, kebencanaan, stabilitas ekonomi dan kesetaraan gender.
Baik Jepang maupun Indonesia, lanjut Atikoh, sama-sama rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
"Dengan berbagi pengetahuan, keahlian, dan praktik terbaik, kita dapat meningkatkan sistem manajemen bencana dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat," katanya.
Selanjutnya, Atikoh mengatakan bahwa Jepang-Indonesia juga mempunyai potensi kerja sama di sektor kesehatan, apalagi Jepang merupakan negara terdepan dalam kemajuan dan teknologi medis.
"Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis," ujarnya.
Selain itu, Jepang-Indonesia juga potensial dalam kerja sama terkait stabilitas ekonomi, baik Jepang maupun Indonesia memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan.
"Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita," katanya.
Poin terakhir, Atikoh mengatakan Jepang-Indonesia punya kesamaan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Perlu diingat, Ketika perempuan diberdayakan, masyarakat akan berkembang dan keamanan manusia akan menguat," ujarnya.
Atikoh kembali memakai Bahasa Jepang dalam menutup pidato sambutannya dengan mengucapkan terima kasih kepada para tamu yang hadir dalam kesempatan tersebut.
"Minasan, gochisosama deshita. Kokoro kara osewa ni narimashita. Kondo, mata no okoshite no oai de, arigatou gozaimashita," kata Atikoh.
Siti Atikoh Ganjar Pranowo pernah mengenyam studi Strata 2 (S2) di Universitas Tokyo dengan mengambil jurusan kebijakan publik.
University of Tokyo dianggap sebagai universitas paling selektif dan bergengsi di Jepang, serta termasuk salah satu universitas terbaik di dunia.
Pada tahun 2021, tercatat ada 17 perdana menteri Jepang lulusan dari kampus tersebut.
Baca juga: Siti Atikoh sebut industri kreatif Yogyakarta tak perlu diragukan lagi
Pidato dua bahasa tersebut disampaikan pada acara ASJI Annual, International Symposium and Seminar on Japanese Studies in Indonesia di Universitas Sebelas Maret, Kota Surakarta, Kamis.
“Minasan, konnichiwa! Watashitachi wa kyou, koko ni. irasshaimashite, ureshii desu Hajimemashite, Atikoh hingga moushimasu. Kyou wa minna de tanoshiku issho ni. sugosou ke omotteimasu," kata Atikoh membuat riuh suasana peserta yang hadir.
Dirinya yang hadir sebagai Dewan Kehormatan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) itu kemudian menceritakan hubungan Jepang-Indonesia yang erat.
"Saat kita menghadapi berbagai tantangan, seperti bencana alam, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi, kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan kesejahteraan warga negara kita," ujarnya dalam Bahasa Inggris.
Ia kemudian menyampaikan empat sektor yang potensial kerja sama yakni kesehatan, kebencanaan, stabilitas ekonomi dan kesetaraan gender.
Baik Jepang maupun Indonesia, lanjut Atikoh, sama-sama rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
"Dengan berbagi pengetahuan, keahlian, dan praktik terbaik, kita dapat meningkatkan sistem manajemen bencana dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat," katanya.
Selanjutnya, Atikoh mengatakan bahwa Jepang-Indonesia juga mempunyai potensi kerja sama di sektor kesehatan, apalagi Jepang merupakan negara terdepan dalam kemajuan dan teknologi medis.
"Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis," ujarnya.
Selain itu, Jepang-Indonesia juga potensial dalam kerja sama terkait stabilitas ekonomi, baik Jepang maupun Indonesia memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan.
"Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita," katanya.
Poin terakhir, Atikoh mengatakan Jepang-Indonesia punya kesamaan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Perlu diingat, Ketika perempuan diberdayakan, masyarakat akan berkembang dan keamanan manusia akan menguat," ujarnya.
Atikoh kembali memakai Bahasa Jepang dalam menutup pidato sambutannya dengan mengucapkan terima kasih kepada para tamu yang hadir dalam kesempatan tersebut.
"Minasan, gochisosama deshita. Kokoro kara osewa ni narimashita. Kondo, mata no okoshite no oai de, arigatou gozaimashita," kata Atikoh.
Siti Atikoh Ganjar Pranowo pernah mengenyam studi Strata 2 (S2) di Universitas Tokyo dengan mengambil jurusan kebijakan publik.
University of Tokyo dianggap sebagai universitas paling selektif dan bergengsi di Jepang, serta termasuk salah satu universitas terbaik di dunia.
Pada tahun 2021, tercatat ada 17 perdana menteri Jepang lulusan dari kampus tersebut.
Baca juga: Siti Atikoh sebut industri kreatif Yogyakarta tak perlu diragukan lagi