Puhua School rajut persatuan melalui seni budaya dan kuliner Tionghoa
Melalui acara tersebut, Puhua School ingin merajut sekaligus merayakan keberagaman sebagai akar persatuan
Purwokerto (ANTARA) - Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan atau Puhua School Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar Festival Budaya Tahun Baru Imlek dengan tema "Merajut Persatuan Bangsa Melalui Seni, Budaya, dan Kuliner Tionghoa".
Dalam keterangannya di Purwokerto, Minggu, Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas Yudi Sutanto mengatakan Chinese culture (budaya China, red.) merupakan salah satu bentuk kekayaan bangsa Indonesia yang majemuk.
"Salah satu keunikan Chinese culture terletak pada berbagai simbol baik budaya maupun hidangan khas Imlek, antara lain mi yang berasal dari Tiongkok namun sesungguhnya begitu dekat dalam keseharian masyarakat Indonesia," kata Ketua Perkumpulan Sekolah Tiga Bahasa se-Indonesia (Perstibi) itu.
Menurut dia, ada pula minuman teh yang nyaris selalu jadi pilihan masyarakat saat bersantap.
Terkait dengan itu, dia mengatakan melalui Festival Budaya Tahun Baru Imlek, Puhua School berinisiatif membawa, memperkenalkan, dan berbagi wawasan mengenai kekayaan kuliner dan budaya seni negeri Tiongkok melalui Chinese Tea Instalation, Art and Craft, dan Noodle Cooking Competition antar SMA/SMK se-eks Keresidenan Banyumas.
"Kegiatan yang memperebutkan piala Wakil Bupati Banyumas itu telah kami selenggarakan pada hari Sabtu (28/1). Melalui acara tersebut, Puhua School ingin merajut keberagaman sebagai akar persatuan dan membangun semangat toleransi yang senantiasa tercapainya hidup damai di antara sesama manusia," kata Yudi.
Lebih lanjut, dia mengatakan sejak Puhua School didirikan pada tahun 2006, pihaknya mendorong semangat toleransi dalam dunia pendidikan.
Bahkan, kata dia, keberagaman budaya di Puhua School terlihat dari para siswa, guru, dan karyawan yang memiliki latar belakang agama dan budaya berbeda-beda.
Baca juga: SD Puhua Purwokerto luncurkan dua buku cerita karya siswa
"Toleransi di Puhua School terus bertumbuh sebagai akar persatuan yang melestarikan semangat nasionalisme berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pilarnya. Bagi kami, Puhua School ibarat Indonesia mini," tegasnya.
Sementara itu, Sekertaris Yayasan Putera Harapan Banyumas Kartika Widjaja mengatakan rangkaian Festival Budaya Tahun Baru Imlek pada Sabtu (28/1) diawali dengan atraksi barongsai dan liong yang dimainkan oleh siswa-siswi Puhua School.
"Di Tahun Baru Imlek ini pula untuk pertama kalinya kami rancang sebuah instalasi serupa museum yang mendatangkan 28 varian chinese tea. Informasi berisi pengetahuan teh dalam tiga bahasa akan kami suguhkan sesuai konsep pendidikan tiga bahasa di sekolah kami yaitu Indonesia, Mandarin, dan Inggri," jelasnya.
Selain pagelaran puluhan teh, kata dia, Puhua School juga menyajikan pertunjukkan dan pengetahuan dari empat pilar seni tradisional Tiongkok, yaitu qin (musik), qi (permainan strategi), shu (kaligrafi), dan hua (lukisan kuas).
Menurut dia, siswa-siswi Puhua juga memperkenalkan aktivitas yang dapat dicoba langsung oleh pengunjung agar memiliki pengalaman dalam seni melukis payung, menulis aksara mandarin yang indah (shufa), hingga permainan keterampilan dan strategi catur mandarin (xiang qi) yang diperagakan langsung oleh siswi Puhua yang meraih juara nasional Xiang Qi beberapa waktu lalu.
Bahkan, kata dia, alat musik khas Tiongkok berupa Liuqin dimainkan oleh siswa untuk mengiringi penampilan paduan suara Puhua Chorale Banyumas di panggung utama
"Melalui acara tersebut, Puhua School ingin merajut sekaligus merayakan keberagaman sebagai akar persatuan dan membangun semangat toleransi yang senantiasa tercapainya hidup damai di antara sesama manusia," katanya.
Baca juga: Puhua Care gandeng TNI-Polri salurkan 1.000 paket sembako untuk warga Banyumas
Baca juga: UMP jalin kerja sama dengan Pu Hua School Banyumas
Dalam keterangannya di Purwokerto, Minggu, Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas Yudi Sutanto mengatakan Chinese culture (budaya China, red.) merupakan salah satu bentuk kekayaan bangsa Indonesia yang majemuk.
"Salah satu keunikan Chinese culture terletak pada berbagai simbol baik budaya maupun hidangan khas Imlek, antara lain mi yang berasal dari Tiongkok namun sesungguhnya begitu dekat dalam keseharian masyarakat Indonesia," kata Ketua Perkumpulan Sekolah Tiga Bahasa se-Indonesia (Perstibi) itu.
Menurut dia, ada pula minuman teh yang nyaris selalu jadi pilihan masyarakat saat bersantap.
Terkait dengan itu, dia mengatakan melalui Festival Budaya Tahun Baru Imlek, Puhua School berinisiatif membawa, memperkenalkan, dan berbagi wawasan mengenai kekayaan kuliner dan budaya seni negeri Tiongkok melalui Chinese Tea Instalation, Art and Craft, dan Noodle Cooking Competition antar SMA/SMK se-eks Keresidenan Banyumas.
"Kegiatan yang memperebutkan piala Wakil Bupati Banyumas itu telah kami selenggarakan pada hari Sabtu (28/1). Melalui acara tersebut, Puhua School ingin merajut keberagaman sebagai akar persatuan dan membangun semangat toleransi yang senantiasa tercapainya hidup damai di antara sesama manusia," kata Yudi.
Lebih lanjut, dia mengatakan sejak Puhua School didirikan pada tahun 2006, pihaknya mendorong semangat toleransi dalam dunia pendidikan.
Bahkan, kata dia, keberagaman budaya di Puhua School terlihat dari para siswa, guru, dan karyawan yang memiliki latar belakang agama dan budaya berbeda-beda.
Baca juga: SD Puhua Purwokerto luncurkan dua buku cerita karya siswa
"Toleransi di Puhua School terus bertumbuh sebagai akar persatuan yang melestarikan semangat nasionalisme berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pilarnya. Bagi kami, Puhua School ibarat Indonesia mini," tegasnya.
Sementara itu, Sekertaris Yayasan Putera Harapan Banyumas Kartika Widjaja mengatakan rangkaian Festival Budaya Tahun Baru Imlek pada Sabtu (28/1) diawali dengan atraksi barongsai dan liong yang dimainkan oleh siswa-siswi Puhua School.
"Di Tahun Baru Imlek ini pula untuk pertama kalinya kami rancang sebuah instalasi serupa museum yang mendatangkan 28 varian chinese tea. Informasi berisi pengetahuan teh dalam tiga bahasa akan kami suguhkan sesuai konsep pendidikan tiga bahasa di sekolah kami yaitu Indonesia, Mandarin, dan Inggri," jelasnya.
Selain pagelaran puluhan teh, kata dia, Puhua School juga menyajikan pertunjukkan dan pengetahuan dari empat pilar seni tradisional Tiongkok, yaitu qin (musik), qi (permainan strategi), shu (kaligrafi), dan hua (lukisan kuas).
Menurut dia, siswa-siswi Puhua juga memperkenalkan aktivitas yang dapat dicoba langsung oleh pengunjung agar memiliki pengalaman dalam seni melukis payung, menulis aksara mandarin yang indah (shufa), hingga permainan keterampilan dan strategi catur mandarin (xiang qi) yang diperagakan langsung oleh siswi Puhua yang meraih juara nasional Xiang Qi beberapa waktu lalu.
Bahkan, kata dia, alat musik khas Tiongkok berupa Liuqin dimainkan oleh siswa untuk mengiringi penampilan paduan suara Puhua Chorale Banyumas di panggung utama
"Melalui acara tersebut, Puhua School ingin merajut sekaligus merayakan keberagaman sebagai akar persatuan dan membangun semangat toleransi yang senantiasa tercapainya hidup damai di antara sesama manusia," katanya.
Baca juga: Puhua Care gandeng TNI-Polri salurkan 1.000 paket sembako untuk warga Banyumas
Baca juga: UMP jalin kerja sama dengan Pu Hua School Banyumas