Purwokerto (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Jawa Tengah menargetkan sebanyak 40 sekolah di wilayah itu menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada tahun 2025, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketangguhan sekolah menghadapi potensi bencana.
"Target kami pada tahun 2025 ada 40 sekolah menengah pertama, baik negeri maupun swasta, yang akan kami dampingi dalam menerapkan SPAB secara menyeluruh," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho usai meresmikan SPAB di Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan atau Puhua School Purwokerto Banyumas, Jumat.
Ia menjelaskan, berdasarkan kajian risiko bencana, di Banyumas terdapat dua bencana yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah tersebut, yakni gempa bumi serta cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, gerakan tanah, angin kencang, dan kekeringan.
Selain itu, sebagian wilayah Banyumas juga berpotensi terjadi bencana erupsi gunung api karena berada di lereng Gunung Slamet.
Karena itu, katanya, satuan pendidikan dituntut memiliki sistem manajemen risiko yang baik, sarana prasarana yang aman, dan integrasi pendidikan kebencanaan dalam kurikulum.
"Pembentukan SPAB bukan sekadar simulasi, tetapi membangun budaya aman bencana yang berkelanjutan. Kami dorong sekolah tidak hanya siap secara fisik, juga dalam manajemen dan kesiapsiagaan warga sekolah," ujar dia.
Ia mengatakanpula, penerapan SPAB tersebut merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor: 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana.
Dalam hal ini, kata dia, program tersebut mencakup tiga pilar utama yang meliputi manajemen risiko bencana di sekolah, sarana-prasarana yang aman, serta pembelajaran kebencanaan yang terintegrasi dalam kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Menurut dia, Puhua School menjadi satuan pendidikan pertama yang ditetapkan sebagai SPAB di Banyumas, dan penetapan tersebut dilakukan setelah proses verifikasi serta pendampingan oleh BPBD.
"Langkah yang dilakukan Puhua ini sangat kami apresiasi karena mereka secara proaktif meminta pendampingan dan bersedia menjadi percontohan. Harapannya, semangat ini bisa ditiru oleh sekolah-sekolah lain," katanya.
Ia mengatakan pula, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas juga telah mengumpulkan seluruh penanggung jawab sekolah menengah untuk menyosialisasikan program tersebut serta memetakan kesiapan masing-masing sekolah.
"Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, yayasan, dan pihak sekolah, kami optimistis target 40 sekolah terapkan SPAB pada tahun 2025 bisa tercapai," kata Budi.
Sementara itu, Ketua Yayasan Putera Harapan Purwokerto Yudi Sutanto mengatakan, penerapan SPAB tersebut merupakan bentuk ketaatan pihak sekolah terhadap saran Pemerintah Kabupaten Banyumas khususnya BPBD setempat.
Sebagai fasilitas umum, kata dia, pihak sekolah terus berupaya memberikan rasa tenang bagi anak-anak ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Karena itu, lanjut dia, sekolah harus memiliki fasilitas yang bukan hanya megah, indah, dan nyaman, juga harus aman.
"Itu memang menjadi komitmen kami supaya anak-anak di sini belajarnya lebih tenang dan bisa mencapai prestasi," kata dia yang juga Ketua Persatuan Sekolah Tiga Bahasa Indonesia (Perstibi).
Terkait dengan hal itu, pihaknya juga akan memberikan pembelajaran tentang kebencanaan kepada siswa sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) di sekolah tersebut.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan seluruh siswa terkait dengan adanya potensi bencana di sekitar mereka.
"Meskipun kita di bawah Gunung Slamet, kayaknya selalu selamat, tetapi kita harus tetap waspada, tidak boleh kendur," kata Yudi.
Lebih lanjut, Direktur Puhua School Chen Tao Laoshi mengatakan, kegiatan simulasi kebencanaan sebenarnya telah dilaksanakan secara rutin setiap semester.
Akan tetapi setelah mengetahui adanya program SPAB, pihaknya merasa senang karena bisa menerapkan program tersebut dalam rangka meningkatkan keamanan dari bencana di sekolah.
Dengan diremikanya penerapan SPAB tersebut, katanya, tugas pihak sekolah bukan hanya menggelar simulasi atau menjadikan masalah kebencanaan sebagai materi pelajaran bagi siswa, tetapi bisa membangun budaya aman dari bencana di sekolah.
"Tujuannya, Satuan Pendidikan Aman Bencana bisa dilaksanakan lebih maksimal di sekolah kami, serta kami bisa menyediakan lingkungan pendidikan untuk semua siswa yang nyaman, aman, dan sehat," kata Chen Tao.
Baca juga: BPBD: Sejumlah wilayah Cilacap mulai terdampak kekeringan

