Solo (ANTARA) - Bisnis kuliner menjadi salah satu sektor usaha yang tidak kenal musim dan kondisi untuk tetap mampu berkembang mengingat setiap orang butuh makan.
Bahkan bagi sebagian pelaku usaha, pandemi COVID-19 tidak menyurutkan niat mereka untuk membuka tempat makan baru dengan mengangkat menu unggulan yang diyakini mampu mendatangkan banyak pembeli.
Salah satunya Baso Aci Neng Sabil yang berada di kawasan Gembongan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Meski berada jauh dari Bandung, Jawa Barat, rumah makan berkonsep sederhana yang berada di pinggiran sawah ini tidak ragu mengangkat menu khasnya Paris Van Java ini.
Pemilik usaha Syafira Salsabila Rizal mengaku tertarik untuk menjajal potensi pasar yang ada di perbatasan Sukoharjo dan Kota Solo karena melihat karakter masyarakat setempat yang suka jajan.
"Saya juga sengaja mengambil lokasi di sini agar nuansa Bandung lebih terasa," katanya.
Meski saat ini mulai banyak bakso aci rumahan yang dijual secara daring, ia mengaku memiliki modal besar yang menjadi pembeda dari bakso aci lain, yakni bumbu yang dia kembangkan sendiri.
Lulusan Akademi Pariwisata NHI Bandung ini mengaku tidak mau asal dalam menggunakan bumbu untuk menu bakso aci buatannya tersebut. Mulai dari rempah, daging, hingga tepung, ia tidak ingin mengambil kualitas sedang.
"Bumbunya itu kalau di bakso aci lain ada namanya bumbu atom, ini saya buat pakai kaldu sendiri dari daging, selain itu bakso aci saya buat dari tepung sagu dari Bandung," katanya.
Dengan kualitas produk yang cukup menjanjikan ini, pada pembukaan di hari pertama pada Sabtu (7/8), rumah makan tersebut berhasil menjual hingga ratusan porsi dalam satu hari.
"Khusus untuk bakso aci di hari pertama saya bisa jual hingga 100 porsi, itu belum menu yang lain. Kalau ditotal ada sekitar 200 porsi saya bisa jual dalam satu hari. Artinya konsumen memang banyak yang suka makanan ini," katanya.
Menu lain
Dengan rumah makan berkonsep saung tersebut, wanita berusia 23 tahun ini juga tidak ingin menjadikan bakso aci sebagai satu-satunya menu yang ditawarkan kepada konsumen. Ia mengatakan ada beberapa menu lain khas Bandung yang bisa dipilih oleh konsumen, di antaranya seblak, cireng, dan nasi sabil.
"Nasi sabil ini seperti nasi gila, kalau di sini saya namakan nasi sabil. Ini banyak juga yang suka," katanya.
Sedangkan untuk bakso aci yang dijualnya ada berbagai macam varian, salah satu yang spesial adalah bakso aci yang dilengkapi dengan isian dari bagian kerongkongan sapi.
"Selain itu sebagai isiannya juga ada siomai goreng, siomai kukus, ada juga kerupuk-kerupuk khas Bandung yang saya buat sendiri," katanya.
Bahkan, dalam waktu dekat ini pengusaha muda tersebut juga ingin mengembangkan menu bakso aci tersebut, di antaranya bakso aci kuah tomyam Thailand dan bakso aci kuah hot miso Jepang.
Untuk minuman, ia juga tetap konsisten mengangkat kekhasan Bandung, seperti es oyen (semacam es campur) dan es cendol khas Bandung.
Meski seluruh menu yang ada merupakan merupakan khas Bandung, ia tetap menyesuaikan dengan lidah orang Solo dan sekitarnya, termasuk dari sisi penyajian.
"Kalau di Bandung kan orang senang dengan makanan pedas, kalau di sini kan tidak semua orang suka pedas. Jadi kalau di sana bakso aci ada yang pedas banget, kalau di sini sambalnya kami sajikan secara terpisah agar mereka bisa menakar sendiri kepedasan yang diinginkan," katanya.
Saat ini, untuk berbagai menu yang ada di Baso Aci Neng Sabil sendiri dijual mulai dari Rp10.000-22.000/porsi dan untuk minuman di kisaran harga Rp4.000-12.000.
"Harganya terjangkau. Rasanya juga cocok untuk lidah orang Solo," kata Sakina, pembeli kuliner tersebut.
Ingin jadi pioner
Membuka outlet pertama di kota baru, tidak membuat Syafira takut untuk mengenali karakteristik konsumen. Bahkan, ia mengaku ingin menjadi pioner makanan khas Bandung khususnya bakso aci di Solo dan sekitarnya.
"Ini outlet pertama saya, dalam waktu dekat saya ingin membuka cabang di kota-kota lain," katanya.
Ia mengatakan justru lebih menarik membawa makanan khas dari daerah lain ke daerah yang baru. Dengan begitu, ia bisa mengenalkan makanan khas Bandung kepada orang-orang baru. Apalagi masyarakat Solo dan sekitarnya lebih terbiasa dengan bakso berbahan daging sapi.
"Sebelumnya kan bakso aci sudah ada banyak banget di Bandung, sekarang saya ingin bakso aci yang saya buat ini jadi pioner di Solo. Ingin jadi bakso aci yang paling dikenal orang, kalau di Solo kan ada bakso tetapi bakso daging," katanya.
Sakina mengaku senang dengan dibukanya rumah makan dengan menu utama bakso aci tersebut. Bahkan, ia menjadikan makanan tersebut sebagai salah satu favoritnya.
"Saya suka kuahnya yang segar, ada asam-asamnya kalau ditambah jeruk limau. Saya sudah dua kali ke sini," katanya.
Ia mengatakan selama ini lebih banyak memesan bakso aci melalui toko daring karena kesulitan mencari outlet bakso aci di daerah Solo dan sekitarnya.
"Saya beli kemasan, jadi kalau mau makan harus masak sendiri dulu. Dengan adanya rumah makan ini kan langsung disajikan dan kita tinggal makan. Apalagi yang jual orang Bandung asli," katanya.***1***