Sanggar Greget mementaskan Tari Kala Gadang dengan diiringi karawitan di balkon kamar Hotel Quest Kota Semarang, Selasa petang, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan karena pandemi COVID-19.
Tarian menyambut pergantian tahun yang memanfaatkan balkon kamar hotel sebagai panggung pertunjukan ini, dipentaskan oleh lima penari, termasuk Yoyok Bambang Priyambodo selaku pengasuh Sanggar Greget dan empat pengrawit.
Yoyok yang juga koreografer Tari Kala Gadang itu, menjelaskan bahwa tarian ini terinspirasi peristiwa budaya pergantian tahun atau tahun baru yang berkembang di masyarakat Jawa dan biasanya ditandai dengan tirakatan, yaitu tidak tidur, sebagai interpretasi agar pada tahun baru mendapatkan anugerah atau ada perubahan menjadi baik.
"Biasanya diadakan sebuah pertunjukan kesenian baik tari, wayang kulit, ketoprak atau kesenian lain sebagai wujud syukur, sedangkan nama Kala Gadang merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa. Kala yang berarti warsa atau tahun dan gadang berarti harapan atau cita-cita sehingga kalimat Kala Gadang bermakna tahun yang penuh harapan," katanya.
Alunan gamelan dan syair tembang untuk mengiringi Tari Kala Gadang memuat doa-doa agar masyarakat mendapatkan ketenteraman, kedamaian, keselamatan, dan kesehatan pada tahun depan.
"Kita harus tetap berusaha dan tetap semangat dalam memaknai kehidupan ini dengan berjuang, tapi tetap 'eling lan waspada'. Ingat dan hati-hati, semuanya adalah milik Tuhan,'' ujarnya.
General Manager Hotel Quest Yohanes Argo Wardono menambahkan pihaknya menyambut baik kreativitas seniman untuk berkolaborasi, meskipun aktivitas seniman tari menjadi terbatas karena pandemi COVID-19.
Menurut dia, hal tersebut yang membuat pihaknya tertarik untuk memberikan fasilitas kepada para seniman untuk berpentas dengan penerapan protokol kesehatan.
"Dengan demikian, para seniman dari Sanggar Greget bisa mengungkapkan rasa rindunya melakukan pementasan serta menyampaikan ungkapan terhadap keadaan yang terjadi saat ini melalui karya,'' katanya.