Pentas wayang santri warnai peringatan Hari Santri Nasional di Cilacap
Cilacap (ANTARA) - Pentas wayang santri berjudul "Perang Suci, Kisah Resolusi Jihad" oleh Majelis Seni Nyawiji mewarnai peringatan Hari Santri Nasional 2024 di Lapangan Asem Bantarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Senin (21/10) malam hingga Selasa dini hari.
Pementasan wayang yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bantarsari bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, itu mengangkat perjuangan santri yang sepenuh jiwa dan raga mempertahankan kedaulatan Indonesia sejak ditetapkannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 oleh salah seorang pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari.
Ditemui selesai pementasan di Bantarsari, Selasa, Sutradara Wayang Santri Abdul Aziz mengatakan lakon yang mengangkat kisah resolusi jihad berfokus pada gelora perjuangan para santri saat turun ke jalan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode Revolusi Fisik 1945 untuk berjihad melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu saat kembali menginjakkan kakinya di Indonesia.
Menurut dia, pentas tersebut memadukan permainan wayang dan adegan pertarungan silat untuk menggambarkan upaya pendudukan Belanda yang dihalau para santri melawan penjajahan.
"Pesilat dari Pagar Nusa memerankan santri yang bertarung sengit dengan serdadu Belanda. Mereka membangun adegan pertarungan di balik kelir untuk memunculkan efek siluet atau bayang-bayang guna mendramatisasi pertempuran, sedangkan narasi tentang munculnya Resolusi Jihad dimainkan oleh Dalang lewat penggambaran tokoh sentral, yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan Bung Tomo dalam bentuk wayang kertas," katanya menjelaskan.
Dalam tersebut, kata dia, Ahmad Nafis Jauhari yang bertindak sebagai dalang melantunkan sejumlah suluk dalam bahasa Jawa yang menggambarkan semangat perjuangan.
Menurut dia, deskripsi dalang dan adegan silat yang berlangsung selama pementasan diiringi oleh hadrah yang dikombinasikan dengan karinding dan gong tiup untuk menghadirkan suasana hikmat juga menegangkan.
"Selain suluk, juga dinyanyikan lagu Ya Lal Wathon karya KH Abdul Wahab Hasbullah yang identik dengan kecintaan pada tanah air Indonesia," kata Aziz.
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Santri Nasional 2024 MWCNU Kecamatan Bantarasi Kiai Chabib Saefulloh mengatakan pentas wayang santri merupakan salah satu bagian dari kegiatan Hari Santri Nasional yang mengangkat potensi pengembangan seni budaya di wilayah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap.
Ia mengapresiasi sisi kreatif upaya penceritaan sejarah dalam bentuk pementasan wayang untuk menghadirkan kontribusi ulama dan santri mempertahankan kedaulatan Indonesia.
"Pementasannya menarik dan penonton juga membludak di lapangan. Saya juga bahagia, karena sejumlah pegiat wayang santri aktif di organisasi-organisasi di bawah NU," katanya.
Baca juga: Ribuan santri Mahad UIN Walisongo ikuti upacara Hari Santri Nasional 2024
Pementasan wayang yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bantarsari bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, itu mengangkat perjuangan santri yang sepenuh jiwa dan raga mempertahankan kedaulatan Indonesia sejak ditetapkannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 oleh salah seorang pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari.
Ditemui selesai pementasan di Bantarsari, Selasa, Sutradara Wayang Santri Abdul Aziz mengatakan lakon yang mengangkat kisah resolusi jihad berfokus pada gelora perjuangan para santri saat turun ke jalan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode Revolusi Fisik 1945 untuk berjihad melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu saat kembali menginjakkan kakinya di Indonesia.
Menurut dia, pentas tersebut memadukan permainan wayang dan adegan pertarungan silat untuk menggambarkan upaya pendudukan Belanda yang dihalau para santri melawan penjajahan.
"Pesilat dari Pagar Nusa memerankan santri yang bertarung sengit dengan serdadu Belanda. Mereka membangun adegan pertarungan di balik kelir untuk memunculkan efek siluet atau bayang-bayang guna mendramatisasi pertempuran, sedangkan narasi tentang munculnya Resolusi Jihad dimainkan oleh Dalang lewat penggambaran tokoh sentral, yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan Bung Tomo dalam bentuk wayang kertas," katanya menjelaskan.
Dalam tersebut, kata dia, Ahmad Nafis Jauhari yang bertindak sebagai dalang melantunkan sejumlah suluk dalam bahasa Jawa yang menggambarkan semangat perjuangan.
Menurut dia, deskripsi dalang dan adegan silat yang berlangsung selama pementasan diiringi oleh hadrah yang dikombinasikan dengan karinding dan gong tiup untuk menghadirkan suasana hikmat juga menegangkan.
"Selain suluk, juga dinyanyikan lagu Ya Lal Wathon karya KH Abdul Wahab Hasbullah yang identik dengan kecintaan pada tanah air Indonesia," kata Aziz.
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Santri Nasional 2024 MWCNU Kecamatan Bantarasi Kiai Chabib Saefulloh mengatakan pentas wayang santri merupakan salah satu bagian dari kegiatan Hari Santri Nasional yang mengangkat potensi pengembangan seni budaya di wilayah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap.
Ia mengapresiasi sisi kreatif upaya penceritaan sejarah dalam bentuk pementasan wayang untuk menghadirkan kontribusi ulama dan santri mempertahankan kedaulatan Indonesia.
"Pementasannya menarik dan penonton juga membludak di lapangan. Saya juga bahagia, karena sejumlah pegiat wayang santri aktif di organisasi-organisasi di bawah NU," katanya.
Baca juga: Ribuan santri Mahad UIN Walisongo ikuti upacara Hari Santri Nasional 2024