Magelang (ANTARA) - Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina berharap, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP negeri tahun ajaran ini menjadi pelajaran untuk PPDB tingkat SMA/SMK yang akan diselenggarakan sebentar lagi.
"PPDB SMP sudah cukup menguras energi, mudah-mudahan pengalaman PPDB SMP yang lalu bisa menjadi pelajaran, motivasi, untuk mengantisipasi sehingga tidak terjadi kegalauan," katanya di sela halalbihalal karyawan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang di Magelang, Kamis.
Ia meminta dukungan semua pihak karena PPDB merupakan pekerjaan besar yang berkaitan dengan kualitas pendidikan dan masa depan anak-anak di Kota Magelang dan sekitarnya.
Meskipun PPDB untuk jenjang SMA/SMK merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, kata dia, Pemerintah Kota Magelang juga akan dilibatkan untuk kelancaran dan sukses kegiatan itu.
"Beberapa saat lagi Dinas Pendidikan akan punya gawe besar lagi, walaupun ini kewenangan provinsi (Jawa Tengah), tetapi mau tidak mau kita akan dilibatkan, mohon dukungan semua pihak," katanya.
Ia mengatakan beberapa persoalan yang sempat terjadi pada PPDB SMP yang lalu di antaranya berkaitan dengan surat keterangan domisili. Pemerintah Kota Magelang telah melakukan antisipasi agar permasalahan serupa bisa diatasi dengan baik.
"Kalau PPDB SMP sempat ada persoalan berkaitan dengan surat keterangan domisili, itu yang akan menjadi hal yang cukup rumit, tapi insyaallah dari pengalaman PPDB SMP, kita bisa tangani itu di PPDB SMA/SMK nanti," katanya.
Kepala Disdikbud Kota Magelang Taufiq Nurbakin menyampaikan bahwa dinamika pendidikan saat ini sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, khususnya PPDB yang tidak lagi memprioritaskan nilai akan tetapi domisili.
"Ada banyak pertanyaan, PPDB kok 'ora nganggo biji' (tidak menggunakan nilai), itu yang harus kita lakukan karena memang regulasinya seperti itu. Namun untuk jalur prestasi tetap menggunakan nilai, yakni berdasarkan nilai dari piagam-piagam yang dimiliki," katanya.
Ia mengatakan nilai ujian sebetulnya digunakan untuk pemetaan persebaran mutu pendidikan.
Ia mencontohkan nilai UN SMA yang tidak digunakan saat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi akan tetapi digunakan sebagai indikator-indikator tertentu.
"Karena pada dasarnya prestasi anak tidak hanya diukur dari nilai empat mata pelajaran. Barangkali ada anak yang nilai matematika nilainya 10 tapi enggak bisa memencet 'keyboard' sehingga yang saat ini dikembangkan di sekolah adalah ekstrakulikuler, di samping kegiatan akademik lainnya," katanya. (hms)