Biaya untuk memproses pembangkit energi sendiri cukup tinggi, sedangkan waktu produksi terkadang menjadi kendala ptersendiri dalam melakukan efisensi waktu.
Selain itu, kapasitas rendah acap kali menjadi permasalahan utama bagi industri kecil dan menengah (IKM) dalam menjaga daya saing usahanya.
Berawal dalam problematika tersebut, tim inovator dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengembangkan Tusina Baraseger (Tungku Siklon Sederhana Batu Bara dan Sumber Energi Terbarukan), berdasar data dan informasi dari laman resmi Kementerian ESDM.
Teknologi tersebut diklaim hemat energi. Saat ini energi yang dihasilkan Tusina Baraseger mendapatkan tanggapan positif dari beberapa sektor industri.
Sebanyak 30 IKM terkesima dan siap mengaplikasikan teknologi tersebut untuk meningkatkan produktivitas bagi industrinya.
"Kita sudah kerja sama dengan 30 IKM dari hasil survei 2016," jelas salah satu inovator Tusina Baraseger, M. Ade Adriansyah Efendi.
Sistem kerja Tusina Baraseger tergolong sederhana. Bahan bakarnya cukup di tuang di hopper (bejana penampungan), kemudian diembuskan oleh blower ke tungku.
Bahan bakarnya juga relatif murah dan mudah lantaran mengombinasikan batu bara dan biomassa yang ada di sektar IKM, seperti serbuk gergaji, sekam padi, serasah (sampah-sampah organik yang berupa tumpukan dedaunan/ranting kering dan sisa vegetasi lain), dan sebagainya sehingga menurunkan biaya produksi.
"Kelebihan utamanya adalah kita bisa menggunakan potensi biomassa yang ada. Selain itu, efisiensi yang dihasilkan cukup tinggi karena dinding quartz (kwarsa) menyimpan panas. Jadi, energi panas yang hilang (heat loss) pun kecil," imbuh Ade.
Optimalisasi sumber energi baru terbarukan menjadi prioritas utama bagi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, F.X. Sutijastoto.
Keberadaan Tusina Baraseger setidaknya meminimalisasi tingginya ketergantungan penggunaan energi fosil dalam proses pembakaran produksi di IKM.
"Hadirnya teknologi ini menjawab kebijakan sektor ESDM untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Apalagi industri kecil menengah masih banyak menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak)," kata dia.
Tusiana Baraseger dikembangkan sejak 2013 oleh tim peneliti tekMIRA dan hak patennya telah didaftarkan dengan nama Pembakar Siklon Tanpa Perak nomor P00201709143.
Inovasi kreatif Tusina Baraseger selain digunakan sebagai tungku pembakar, juga mulai dilirik industri pembangkit sebagai pembangkit listrik.
Menurut sang peneliti Tusina Baraseger dari TekMIRA, Muhammad Ade Adriansyah Efendi, teknologi Tusina menggunakan pembakaran sempurna sehingga menghasilkan energi yang tinggi.
Lebih Efektif
Dengan jumlah bahan bakar yang sama dengan tungku konvensional, Tusina menghasilkan proses pembakaran yang lebih efektif dan ruang yang lebih kecil.
Ade mengungkapkan bahwa tekMIRA telah melakukan pengembangan tungku siklon ini sejak lama, diawali penelitian skala menengah oleh Sumaryono, lalu dikembangkan lagi oleh Ikin Sodikin menggabungkan pembakaran antara batu bara dengan biomassa.
"Tungku siklon terus dikembangkan oleh tekMIRA sampai ke kami dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang kami lakukan. Sekarang penelitiannya adalah bagaimana tungku siklon ini menjadi tungku untuk pembangkit listrik skala kecil di bawah 10 MW," ungkap dia.
Untuk mengembangkan tungku Tusina menjadi pembangkit, tekMIRA telah melakukan kerja sama dengan perusahaan produsen boiler, yakni PT Aalborg Industri Indonesia sejak awal Juli 2017 dan saat ini prototipenya sudah ada di PT Aalborg Industri Indonesia.
"Kami rancang ulang pembakaran boiler ini dengan sistem siklon dan sudah berhasil menjadi tungku untuk pembangkit listrik, hasil pengembangan tungku ini sudah kami daftarkan patennya," jelas Ade.
Jika pembangkit listrik biasa, lokasi pembakarannya ada di boiler, dalam pengembangan, pembakarannya terpisah, ada di tungku siklon dan yang masuk ke boiler itu hanya berupa flue gas (gas panas).
Selain itu, biasanya jika memakai tungku konvensional, panas terserap di tungku atau ke boiler itu sekitar 30-40 persen dan jika menggunakan tungku inovasi ini maka efisiensi yang dihasilkan hingga mencapai 90 persen.
"Tungku siklon sangat efektif sekali," tegasnya.
Kolaborasi antara tekMIRA dengan PT Aalborg Industri Indonesia saat ini sudah menghasilkan pesanan enam tungku siklon untuk pembangkit listrik berbasis biomassa di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tusina Baraseger tekMIRA menjadi satu-satunya perwakilan Kementerian ESDM yang dipilih oleh Tim Penilai Independen ke ajang Top 99 Inovasi KIPP.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mendukung keikutsertaan Tusina Baraseger dalam kompetisi inovasi publik ini.
Ia juga mendorong supaya penggunaan teknologi Tusina Baraseger dapat lebih luas lagi.
"Kami akan bekerja sama dengan industri-industri dan kegiatan usaha supaya bisa memanfaatkan teknologi Tusina Baraseger sehingga penemuan ini bukan hanya menjadi penemuan ilmiah, tetapi menjadi penemuan yang berguna bagi masyarakat", kata dia.
Teknologi Tusina Baraseger dinilai mampu memberikan efisiensi energi sebesar 56-69 persen, sehingga sangat potensial digunakan kalangan IKM.
Selain menawarkan hemat biaya energi, dalam penilaian kompetensi inovatif, tungku ini juga memberikan penghematan waktu operasional yang lebih singkat dan kapasitas produksi yang lebih banyak.
Salah satu pemilik IKM budi daya jamur tiram yang sudah beralih menggunakan Tusina Baraseger, Ajie, mengemukakan tentang penghematan biaya produksi dengan penggunaan teknologi tersebut.
Sebelumnya, setiap hari ia bisa mengeluarkan biaya Rp185.000 untuk membeli gas atau Rp150.000 kalau menggunakan kayu bakar.
Setelah menggunakan tungku tersebut, sekarang ia hanya memanfaatkan anggaran sekitar Rp30.000 untuk membeli batubara 10 kilogram dan serbuk gergaji tiga karung.
Sejak diperkenalkan dengan alat itu, kini ia dapat menghemat pengeluaran hingga 4-5 kali lipat.
Produk unggulan litbang tersebut mulai masuk pasar nasional dan digawangi oleh para peneliti kelompok batu bara tekMIRA.