Kudus (Antaranew Jateng) - Ratusan umat Tri Dharma dari 23 kelenteng di Tanah Air ikut memeriahkan perayaan Bwee Gee atau lebih dikenal dengan hari berterima kasih kepada Dewa Bumi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu.
Perayaan Bwee Gee yang dipusatkan di Kudus tahun ini sangat meriah, karena diikuti sekitar 700 umat Tri Dharma dari 23 kelenteng yang ada di Tanah Air. Cuaca panas di Kota Kudus tidak mengendurkan semangat para peserta kirab perayaan Bwee Gee, meskipun sejumlah peserta harus membawa tandu yang berisi dewa mereka dengan bobot yang tidak ringan.
Perayaan Bwee Gee yang jatuh pada Minggu mampu menyedot ratusan warga Kudus dan sekitarnya untuk menyaksikan kirab yang diikuti umat Tri Dharma tersebut. Bahkan, warga sudah menanti sejak pagi di sepanjang rute jalan yang akan dilalui peserta kirab yang dimulai pukul 10.00 WIB.
Peserta kirab tidak hanya didominasi kaum pria, melainkan juga kaum perempuan. Semangat perempuan peserta kirab tidak kalah dibanding dengan kaum lelaki dalam membawa tandu yang berisi dewa mereka dengan bobot yang cukup berat.
Perayaan yang dikemas dalam bentuk kirab, masing-masing kelenteng mengusung tandu berisi patung dewa yang diarak mengelilingi jalan-jalan protokol di Kudus dengan rute dari Kelenteng TITD Hok Hien Bio di Jalan Ahmad Yani, Kudus, menuju Jalan Lukomono Hadi, Jalan Mangga, Jalan Wahid, Jalan Simpang Tujuh Kudus, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Tanjung, Jalan Pemuda, dan kembali ke kelenteng.
Ketua Panitia Perayaan Bwee Gwee Lina Candra mengungkapkan perayaan Bwee Gee hari ini (28/1) diikuti ratusan peserta yang berasal dari 23 kelenteng dari berbagai daerah di Tanah Air, sedangkan jumlah dewa yang ikut dikirab, 25 dewa.
Kirab itu bentuk rasa terima kasih umat kepada Dewa Bumi (Ho tik Tjing Sien) yang telah menjaga dan memelihara alam semesta, serta memberikan rezeki yang melimpah.
Umat, katanya, berharap berkah dewa bumi selalu mengiringi kehidupan umat manusia.
"Mudah-mudahan, tahun ini semakin sejahtera, aman serta damai," ujarnya.
Natasha Lindiana, warga keturunan Tionghoa di daerah itu mengaku mengikuti kirab karena ingin merayakan Bwee Gwee dan berharap kehidupannya mendatang semakin makmur dan lebih baik.
Berdasarkan sejarah, munculnya Bwee Gee dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, disebutkan sebagai rasa terima kasihnya kepada seorang pejabat negara (kepala pajak) yang jujur, bersih, dan bijaksana, bernama Hok Tik Cing Sien. Karena Kebijaksanaannya, rakyat sangat menghormati dan mencintainya.
Atas kebijaksanaan dan kejujurannya itu, Hok Tik Cing Sien diangkat Dhi Kong/Tuhan Yang Maha Esa menjadi Dho Tee Kong atau Dewa Bumi yang diberi tugas menjaga dan memelihara alam sekitar.
Oleh karena itu, setiap menjelang Imlek, umat TITD menggelar perayaan Bwee Gee sebagai ungkapan terima kasih atas karunia Dewa Bumi dalam menjaga alam sekitar sepanjang tahun.