Dengan menghadirkan platform berupa aplikasi mobile web fan, KROWD bertujuan untuk membantu para kreator yang kesulitan mengeksekusi ide dan gagasan yang mereka inginkan melalui kolaborasi.
"Visi misi kami mengumpulkan anak muda Indonesia yang ingin membuat project kreatif di apapun background dan keahlian mereka," ujar Vidi dalam temu media di Jakarta, Rabu.
Pemilik nama lengkap Oxavia Aldiano itu bercerita tentang ide awal pembuatan startup tersebut. Berawal saat dia mulai meniti karir di dunia hiburan.
Mulai mewujudkan mimpi sebagai penyanyi pada 2006, Vidi mulai menulis dan merekam lagu sendiri. Dia sempat ditolak oleh label rekaman pada 2008 karena format band lebih disukai dibanding penyanyi solo waktu itu.
"Saya mulai semua sendiri bersama dukungan orang tua, bikin label sendiri, mulai karir sebagai independen. Sendirian itu susah banget, pada saat yang bersamaan saya harus bersaing dengan artis besar," kata Vidi.
Pada 2008 dia mulai berkolaborasi dengan music director, hingga pada album ketiga "Persona" yang dia luncurkan pada 2016 dia berkeinginan untuk membuat suatu yang berbeda dari album tersebut.
"Karena saya merasa sebagai penyanyi siklusnya gitu-gitu saja, kurang kreatif. Nyanyi, masuk studio rekaman, promo album, dan begitu seterusnya berulang-ulang," ujar dia.
Hal ini mendorongnya untuk mencari cara baru untuk membuat suatu karya yang berbeda. Dia kemudian bertemu dengan Kreavi, sebuah platform online untuk para kreator visual di Indonesia.
Tidak hanya mengeluarkan karya audio, bersama Kreavi akhirnya Vidi mengubah album ketiganya menjadi artbook. Dari situ dia melihat potensi kolaborasi unik lintas seni.
Kerjasama Vivi dengan Kreavi tersebut mendorong Vidi untuk membuat KROWD. Dalam mencetuskan KROWD, Vidi turut menggandeng dua rekannya yaitu CEO Creativepreneur Putri Tanjung dan CEO Kibar Yansen Kamto.
CEO KROWD Vidi Aldiano (kiri) bersama CMO KROWD Putri Tanjung (tengah) dan Chief Officer KROWD Yansen Kamto (kanan) (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Cara kerja KROWD
KROWD merupakan sebuah platform online yang mempertemukan dan menjembatani kreator Indonesia untuk berkolaborasi menciptakan suatu karya.
Vidi menjelaskan ada tiga variabel penting dalam KROWD yaitu inisiator, kolaborator dan project.
Berbagai latar belakang minat dan bakat pada kreator akan diwadahi dalam KROWD, baik mereka berperan sebagai inisiator yang menginisiasi project, maupun sebagai kolaborator yang akan bergabung dalam project.
Untuk dapat bergabung dengan KROWD, Anda harus melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan akun. Akun tersebut dapat dipergunakan untuk menjadi inisiator maupun kolaborator.
Bagi Anda yang ingin bergabung dalam sebuah gerakan insiasi atau bertindak sebagai kolaborator, Anda dapat memilih inisiasi apa saja yang tersedia di laman muka (home) yang sesuai dengan keahlian Anda.
Anda kemudian dapat "melamar" atau mengajukan diri sebagai kolaborator. Kemudian, inisiator akan melihat profil Anda terlebih dahulu untuk menentukan apakah keahlian Anda sesuai dengan yang dibutuhkan.
Menjalankan KROWD, Vidi mengaku saat ini jauh dari "embel-embel duit." Semua layanan yang ditawarkan oleh KROWD tidak dikenakan biaya alias gratis.
Untuk inisiator, dapat menawarkan imbalan kepada kolaborator berupa credit, profit sharing atau gift sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Selain menggabungkan melalui platform online, KROWD juga mengadakan event yang mempertemukan langsung lara initiator dan collaborator.
"Pada Agustus 2017 sudah mulai insiasi secara offline," ujar Vidi.
Event bertajuk KROWD Offline ini telah dilaksanakan di Jakarta dwn Surabaya, dan menjaring 26 intiator dan 315 collaborator dari berbagai latar belakang industri dan keahlian.
Berkumpulnya influencer
Saat ini, Vidi mengatakan orang yang bergabung dalam KROWD berasal dari latar belakang yang berbeda. Hal ini berdampak pada project yang dilakukan dalam KROWD. "Sangat bervariasi (project), tidak didominasi satu bidang," ujar Vidi.
"Inisiator dari berbagai bidang gabung. Mulai dari NGO hingga pemerintah," sambung dia.
Project yang menurut Vidi paling gila saat ini adalah inisiasi menyelamatkan hutan dari Greenpeace.
"Mungkin idenya biasanya saja, tapi project-nya mereka bekerja sama dengan musisi untuk menyatukan rekaman," kata dia.
"Jadi, mereka merekam semua suara dari hutan, kemudian dikumpulkan jadi satu. Pesannya, jika tidak menjaga hutan, maka kita tidak bisa lagi mendengar musik dari hutan seperti itu, keren banget kan?," lanjut dia.
Lebih lanjut, saat ini influencer yang telah bergabung menjadi inisiator adalah pemerhati pendidikan Najeela Shihab dan desainer Didiet Maulana.
Sebagai pendidik Najeela Shihab melakukan project aksi nyata untuk membagikan video belajar melalui flashdisk yang dikirimkan ke 10.000 sekolah.
"Kalau ngirim guru dan buku mahal, tapi mengajar lewat video bisa Anda yang biasa konten keren yang peduli pendidikan. Ini mengurangi kesenjangan akses internet karena di daerah banyak yang tidak bisa mengakses internet," kata Najeela Shihab.
Sementara itu, Creative Director IKAT Indonesia Didiet Maulana berhasil mewujudkan mimpinya untuk membuat website yang komprehensif memungkinkan bertukar cerita tentang Indonesia.
"12 anak muda Indonesia ditemukan KROWD, mulai dari desainer UI UX, copy writer, researcher, tersebar di beberapa daerah dalam waktu empat bukan sudah jadi project Bhumi Sumba," ujar Didiet. (Editor : Gilang Giliarta).