"Ratusan warga yang datang ke pos pengamat, selain ingin tahu perubahan dan perkembangannya (Gunung Slamet, red.), mereka juga berwisata gunung api," kata petugas Pos PGA Slamet, Sukedi, saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat ingin tahu dampak-dampak dari gunung api terhadap kehidupan.
Dengan demikian, masyarakat akan mengetahui bagaimana sifat Gunung Slamet sehingga mereka tidak akan terlalu khawatir jika gunung tertinggi di Jawa Tengah itu mengalami erupsi.
"Gunung api itu jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya saja, sisi positifnya juga harus dilihat," katanya.
Menurut dia, masyarakat yang mendatangi Pos PGA Slamet tidak hanya dari Kabupaten Pemalang tetapi juga dari wilayah lain di sekitar Gunung Slamet.
"Gunung Slamet meliputi lima kabupaten, yakni Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, dan Purbalingga. Kebetulan pos pengamatannya hanya ada satu, yakni di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Pemalang, sehingga mereka banyak yang datang ke sini," katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan Pos PGA Slamet terhadap Gunung Slamet pada hari Jumat, pukul 00.00-06.00 WIB, teramati 32 kali letusan asap berwarna kelabu tebal dengan tinggi 200-800 meter condong ke barat, serta tercatat adanya 32 kali gempa letusan da 24 kali gempa embusan.
"Hingga saat ini, status Gunung Slamet tetap Siaga, daerah bahaya dalam radius 4 kilometer dari puncak. Di luar radius tersebut, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa," katanya.

