Sukoharjo (ANTARA) - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Harun Joko Prayitno mengajak Muhammadiyah ‘Aisyiyah menjadi penggerak perubahan dan pemersatu umat.
Hal tersebut disampaikannya pada Sarasehan Refleksi Milad ke-116 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sukoharjo di SMKN 1 Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa malam.
Ia mengatakan kegiatan tersebut menjadi momentum reflektif arah gerakan persyarikatan ke depan.
Pada sambutannya, Harun menekankan pentingnya tiga kunci karakter utama bagi kader Muhammadiyah, sadar (meaningful), sami'na wa atho'na (ketaatan total), dan senang (kegembiraan dalam berkhidmat).
Ia mengatakan ketiganya menjadi pondasi dalam membentuk pribadi pelopor dan pemersatu yang diperlukan untuk menjawab tantangan zaman.
“Warga Muhammadiyah harus sadar akan misi besar gerakan ini. Taat terhadap keputusan jam’iyah, dan menjalankannya dengan hati yang gembira. Jangan setengah-setengah,” katanya.
Ia juga menyampaikan Muhammadiyah harus hadir dan berdampak di setiap sudut kehidupan bangsa, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga penguatan masyarakat akar rumput. Dalam konteks itu, UMS sebagai bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terus berkomitmen menjadi university leader yang pelopor dan dicintai umat.
Lebih jauh, Harun menambahkan UMS menerapkan prinsip ‘one dosen one AUM’ dan ‘one tendik one AUM’, serta menekankan program ‘one dosen one riset’ dan ‘one dosen one pengabdian masyarakat’.
Program ini menjadi wujud nyata keterikatan kampus dengan amal usaha Muhammadiyah serta ‘Aisyiyah, ranting, dan komunitas lokal. Menurutnya, model kerja ini membuat UMS makin membumi dan lengket dengan seluruh elemen persyarikatan.
“Selain itu, UMS terus menguatkan integrasi antara akademisi dan amal usaha Muhammadiyah dengan program ‘one dosen one AUM’, ‘one tendik one AUM’, serta ‘one dosen one riset dan pengabdian’. Ini menjadi wujud komitmen kami agar kampus makin membumi dan lengket dengan Muhammadiyah ‘Aisyiyah, ranting, dan masyarakat di sekitar,” katanya.
Rektor UMS itu juga menyoroti saat ini Muhammadiyah telah mengelola lebih dari 172 perguruan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia, termasuk proses akuisisi kampus di Jakarta dengan nilai Rp600 miliar.
“Itu bukti kesungguhan persyarikatan dalam membangun masa depan umat melalui pendidikan,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh kader, termasuk ‘Aisyiyah untuk menguatkan kolaborasi dengan kampus dalam pengembangan program pengabdian masyarakat. Menurut dia, para Ibu ‘Aisyiyah saat ini telah menunjukkan ketangguhan, kekompakan, dan daya juang luar biasa dalam menggerakkan berbagai inisiatif sosial.
“Di berbagai tempat, yang paling aktif dan konsisten itu justru ibu-ibu. Saya kira ketangguhan ‘Aisyiyah inilah salah satu kekuatan utama gerakan Muhammadiyah ke depan,” katanya.
Ia mengatakan UMS terus bertransformasi menjadi kampus kelas dunia dengan semangat kolektif, gotong-royong, dan kepemimpinan kolegial. Ia menyebut UMS tidak hanya mengejar predikat akademik tetapi juga ingin menjadi universitas yang dekat dengan umat, menyatu dengan gerakan dakwah dan pemberdayaan.
“Kami ingin membangun universitas yang tak hanya unggul secara akademik, tapi juga memberi manfaat langsung bagi masyarakat dan persyarikatan. Sebab itu, kampus dan gerakan Muhammadiyah harus selalu selaras, saling memperkuat,” katanya.