Gerakan pertanian perkotaan di Semarang semakin masif
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi keterlibatan masyarakat yang semakin masif dalam gerakan pertanian perkotaan (urban farming) untuk ketahanan pangan.
"Luar biasa semangat masyarakat untuk melakukan urban farming, seperti di wilayah Kelurahan Gebangsari ini. Patut diapresiasi," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya saat meresmikan Taman dan Green House di RT 04/RW 02, Kelurahan Gebangsari, Kecamatan Genuk, Semarang, yang merupakan gerakan pertanian perkotaan.
Meski berada di kawasan pesisir yang berhawa panas, kata dia, masyarakat sekitar mampu mengelola taman itu menjadi hijau dan asri, sekaligus bisa membantu ketahanan pangan.
Di taman tersebut, ditanami berbagai jenis sayuran, seperti terong, cabai, selada, ditambah dengan budi daya ayam dan ikan yang dikelola oleh kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
"Ini tadi ada beberapa tanaman yang harganya kerap naik turun, seperti cabai, tomat, bawang, juga ada terong. Ada green house untuk selada, sawi dan kangkung. Ditambah ada budi daya ikan nila dan unggas," katanya.
Dengan semakin banyak masyarakat melakukan gerakan pertanian perkotaan, Ita optimistis bahwa Kota Semarang bisa menjaga ketahanan pangan, terutama untuk komoditas sayur yang sering menyebabkan inflasi.
Di sela peresmian taman tersebut, Wali Kota Semarang perempuan pertama itu menyempatkan memanen sejumlah sayur yang sudah masak, seperti terong yang kemudian diserahkan kepada PKK setempat.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Gebangsari, Semarang, Prof Hardi Warsono mengakui bahwa gerakan pertanian perkotaan merupakan potensi unggulan yang bisa dikembangkan di Kota Atlas.
"Kami melihat unggulan urban farming di Semarang. Nampaknya dari urban farming itu bisa melibatkan dan menggerakkan warga Kota Semarang. Karena sulitnya lahan di perkotaan," katanya.
Kebetulan, kata dia, ada lahan di wilayah tersebut yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pertanian perkotaan daripada selama ini hanya ditumbuhi semak belukar dan pohon liar.
"Daripada hanya ditumbuhi semak-semak dan pisang, kami wujudkan urban farming menggandeng PKK dan mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian," kata Hardi yang juga Dekan FISIP Universitas Diponegoro Semarang itu.
"Luar biasa semangat masyarakat untuk melakukan urban farming, seperti di wilayah Kelurahan Gebangsari ini. Patut diapresiasi," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya saat meresmikan Taman dan Green House di RT 04/RW 02, Kelurahan Gebangsari, Kecamatan Genuk, Semarang, yang merupakan gerakan pertanian perkotaan.
Meski berada di kawasan pesisir yang berhawa panas, kata dia, masyarakat sekitar mampu mengelola taman itu menjadi hijau dan asri, sekaligus bisa membantu ketahanan pangan.
Di taman tersebut, ditanami berbagai jenis sayuran, seperti terong, cabai, selada, ditambah dengan budi daya ayam dan ikan yang dikelola oleh kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
"Ini tadi ada beberapa tanaman yang harganya kerap naik turun, seperti cabai, tomat, bawang, juga ada terong. Ada green house untuk selada, sawi dan kangkung. Ditambah ada budi daya ikan nila dan unggas," katanya.
Dengan semakin banyak masyarakat melakukan gerakan pertanian perkotaan, Ita optimistis bahwa Kota Semarang bisa menjaga ketahanan pangan, terutama untuk komoditas sayur yang sering menyebabkan inflasi.
Di sela peresmian taman tersebut, Wali Kota Semarang perempuan pertama itu menyempatkan memanen sejumlah sayur yang sudah masak, seperti terong yang kemudian diserahkan kepada PKK setempat.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Gebangsari, Semarang, Prof Hardi Warsono mengakui bahwa gerakan pertanian perkotaan merupakan potensi unggulan yang bisa dikembangkan di Kota Atlas.
"Kami melihat unggulan urban farming di Semarang. Nampaknya dari urban farming itu bisa melibatkan dan menggerakkan warga Kota Semarang. Karena sulitnya lahan di perkotaan," katanya.
Kebetulan, kata dia, ada lahan di wilayah tersebut yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pertanian perkotaan daripada selama ini hanya ditumbuhi semak belukar dan pohon liar.
"Daripada hanya ditumbuhi semak-semak dan pisang, kami wujudkan urban farming menggandeng PKK dan mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian," kata Hardi yang juga Dekan FISIP Universitas Diponegoro Semarang itu.