Bupati Kudus minta sekolah dengan plafon rusak segera usulkan perbaikan
Kudus (ANTARA) - Bupati Kudus Hartopo mempersilakan semua sekolah yang plafon ruang kelasnya rusak untuk segera mengusulkan anggaran perbaikan kepada pemerintah daerah.
"Silakan pihak sekolah yang menganggap plafon ruang kelasnya rawan ambrol atau dalam kondisi rusak untuk diusulkan agar didata seluruhnya, sehingga nanti biar dianggarkan lewat APBD tahun depan," ujarnya menanggapi ambrolnya plafon SMP Negeri 1 Mejobo Kudus, Senin.
Ia mengakui Pemkab Kudus memang tidak memiliki anggaran rutin untuk perbaikan sekolah rusak, baik atap maupun kerusakan lainnya. Terkecuali kerusakan yang disebabkan karena bencana alam bisa diambilkan dari dana tidak terduga.
Sekolah yang mengusulkan perbaikan ruang kelas atau fasilitas lainnya, kata dia, tidak hanya bisa diusulkan lewat APBD 2024, melainkan bisa pula diusulkan lewat dana alokasi khusus (DAK).
Sementara usulan melalui APBD Perubahan 2023, dia mengakui, belum bisa memastikan ketersediaan anggarannya mencukupi atau tidak.
Kepala SMP Negeri 1 Mejobo Sutrisno mengakui dari empat ruang kelas 9 yang terlihat plafonnya ambrol satu ruang, sedangkan tiga ruang kelas lainnya juga mengkhawatirkan karena ada yang harus diberi penyangga agar atapnya tidak ambrol dan tetap bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Kerusakan atap ruang kelas tersebut, katanya, sudah diusulkan untuk dilakukan perbaikan kepada Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus.
Anggota Komisi D DPRD Kudus Muhtamat yang meninjau langsung kondisi ruang kelas di SMP Negeri 1 Mejobo mengakui ruang kelas tersebut memang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar.
"Jangan sampai terjadi plafon ambrol menimpa siswa karena keselamatannya juga harus diprioritaskan," ujarnya.
Ambrolnya plafon ruang kelas, kata dia, pernah terjadi di ruang kelas SD Jepang Pakis, beruntung tidak saat anak mengikuti proses belajar mengajar.
Ia berharap Pemerintah Daerah Kudus segera menindaklanjuti temuan dewan. Nantinya dewan juga akan mengundang pihak pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus untuk berkoordinasi agar sekolah tersebut terbangun semuanya.
"Kami mengusulkan empat ruang kelas 9 tersebut dibangun semuanya karena perbaikan hanya satu atau dua ruang kelas, tentunya tidak menyelesaikan masalah. Ruang kelas lainnya dimungkinkan juga akan mengalami hal serupa," ujarnya.
Hasil tinjauan di lapangan, kata dia, kondisi bangunannya merupakan bangunan lama sehingga ketinggian tidak sama dengan bangunan kelas lainnya. Sedangkan kayu pada atap bangunan banyak yang lapuk.
Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kudus Anggun Nugraha mengungkapkan bahwa empat ruang kelas dengan kondisi atap rusak di SMP Negeri 1 Mejobo sudah diusulkan dan masuk dalam rencana rehab tahun 2024. Sedangkan untuk perbaikan sekolah tahun 2023 ada 10 sekolah dan sudah tanda tangan kontrak dengan penyedia jasa.
Di antaranya ada SMP 1 Mejobo, SMP 1 Bae, SD 4 Golantepus, SD 4 Jepang, SD 5 Temulus, SD 1 Mlatinorowito, SD 2 Bakalankrapyak, SD 1 Getaspejaten, SD 1 Gulang, SD 4 Rahtawu, dan SD 4 Dersalam.
"Silakan pihak sekolah yang menganggap plafon ruang kelasnya rawan ambrol atau dalam kondisi rusak untuk diusulkan agar didata seluruhnya, sehingga nanti biar dianggarkan lewat APBD tahun depan," ujarnya menanggapi ambrolnya plafon SMP Negeri 1 Mejobo Kudus, Senin.
Ia mengakui Pemkab Kudus memang tidak memiliki anggaran rutin untuk perbaikan sekolah rusak, baik atap maupun kerusakan lainnya. Terkecuali kerusakan yang disebabkan karena bencana alam bisa diambilkan dari dana tidak terduga.
Sekolah yang mengusulkan perbaikan ruang kelas atau fasilitas lainnya, kata dia, tidak hanya bisa diusulkan lewat APBD 2024, melainkan bisa pula diusulkan lewat dana alokasi khusus (DAK).
Sementara usulan melalui APBD Perubahan 2023, dia mengakui, belum bisa memastikan ketersediaan anggarannya mencukupi atau tidak.
Kepala SMP Negeri 1 Mejobo Sutrisno mengakui dari empat ruang kelas 9 yang terlihat plafonnya ambrol satu ruang, sedangkan tiga ruang kelas lainnya juga mengkhawatirkan karena ada yang harus diberi penyangga agar atapnya tidak ambrol dan tetap bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Kerusakan atap ruang kelas tersebut, katanya, sudah diusulkan untuk dilakukan perbaikan kepada Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus.
Anggota Komisi D DPRD Kudus Muhtamat yang meninjau langsung kondisi ruang kelas di SMP Negeri 1 Mejobo mengakui ruang kelas tersebut memang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar.
"Jangan sampai terjadi plafon ambrol menimpa siswa karena keselamatannya juga harus diprioritaskan," ujarnya.
Ambrolnya plafon ruang kelas, kata dia, pernah terjadi di ruang kelas SD Jepang Pakis, beruntung tidak saat anak mengikuti proses belajar mengajar.
Ia berharap Pemerintah Daerah Kudus segera menindaklanjuti temuan dewan. Nantinya dewan juga akan mengundang pihak pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus untuk berkoordinasi agar sekolah tersebut terbangun semuanya.
"Kami mengusulkan empat ruang kelas 9 tersebut dibangun semuanya karena perbaikan hanya satu atau dua ruang kelas, tentunya tidak menyelesaikan masalah. Ruang kelas lainnya dimungkinkan juga akan mengalami hal serupa," ujarnya.
Hasil tinjauan di lapangan, kata dia, kondisi bangunannya merupakan bangunan lama sehingga ketinggian tidak sama dengan bangunan kelas lainnya. Sedangkan kayu pada atap bangunan banyak yang lapuk.
Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kudus Anggun Nugraha mengungkapkan bahwa empat ruang kelas dengan kondisi atap rusak di SMP Negeri 1 Mejobo sudah diusulkan dan masuk dalam rencana rehab tahun 2024. Sedangkan untuk perbaikan sekolah tahun 2023 ada 10 sekolah dan sudah tanda tangan kontrak dengan penyedia jasa.
Di antaranya ada SMP 1 Mejobo, SMP 1 Bae, SD 4 Golantepus, SD 4 Jepang, SD 5 Temulus, SD 1 Mlatinorowito, SD 2 Bakalankrapyak, SD 1 Getaspejaten, SD 1 Gulang, SD 4 Rahtawu, dan SD 4 Dersalam.