Pendiri CLA Group sebut pasar UMKM batik ke luar negeri terbuka lebar
Semarang (ANTARA) - Pendiri perusahaan ekspor impor CLA Group Indonesia, Claudyna C.Ningrum, menyebut pangsa pasar batik ke luar negeri bagi UMKM penghasil produk warisan budaya tersebut masih terbuka lebar.
"Permintaan batik dari luar negeri masih besar, terlebih usai pandemi dua tahun terakhir," kata Claudyna saat menjadi pembicara dalam gelaran "Batik Bareng Mikat, Senandung Budaya" yang digelar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, Rabu (13/7/3022).
Ia menyebut permintaan batik dari berbagai negara di Arab dan Afrika, seperti Dubai, Oman, serta Somalia, masih cukup tinggi.
Ia menuturkan selera pasar luar negeri terhadap batik Indonesia berbeda-beda antara satu negara dengan yang lain.
Dalam kegiatan yang juga diisi dengan praktik membatik itu, Claudyna menceritakan awal mula membuka akses pasar ke luar negeri.
Wanita yang akrab disapa Mbak Dyna ini pertama kali terjun di dunia batik pada 2008.
Berawal dari mendesain batik Semarangan, ia kemudian mulai berupaya membuka akses pasar ke luar negeri dengan membangun komunikasi lewat media sosial kantor-kantor kedutaan besar negara asing yang ada di Indonesia.
"Mulai bertanya tentang cara-cara untuk memasarkan batik atau informasi pameran yang bisa diikuti UMKM dari Indonesia," katanya.
Komunikasi tersebut akhirnya memperoleh respon dari sejumlah negara yang menyampaikan ketertarikannya terhadap batik.
Usai komunikasi yang terjalin itu, kata dia, UMKM batik yang didukung oleh Pemerintah Kota Semarang kemudian mengikuti pameran di luar negeri, seperti Belanda serta Tiongkok.
CLA Group, lanjut dia, memfasilitasi pengiriman batik dari berbagai UMKM ke luar negeri.
Termasuk, kata dia, upaya mendatangkan kain sebagai bahan baku batik dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan UMKM batik.
Ia menuturkan batik sebagai warisan asli budaya Indonesia ini sangat diminati di luar negeri.
"Meski hanya pernik-pernik, batik sangat diminati di luar negeri," tambahnya.
"Permintaan batik dari luar negeri masih besar, terlebih usai pandemi dua tahun terakhir," kata Claudyna saat menjadi pembicara dalam gelaran "Batik Bareng Mikat, Senandung Budaya" yang digelar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, Rabu (13/7/3022).
Ia menyebut permintaan batik dari berbagai negara di Arab dan Afrika, seperti Dubai, Oman, serta Somalia, masih cukup tinggi.
Ia menuturkan selera pasar luar negeri terhadap batik Indonesia berbeda-beda antara satu negara dengan yang lain.
Dalam kegiatan yang juga diisi dengan praktik membatik itu, Claudyna menceritakan awal mula membuka akses pasar ke luar negeri.
Wanita yang akrab disapa Mbak Dyna ini pertama kali terjun di dunia batik pada 2008.
Berawal dari mendesain batik Semarangan, ia kemudian mulai berupaya membuka akses pasar ke luar negeri dengan membangun komunikasi lewat media sosial kantor-kantor kedutaan besar negara asing yang ada di Indonesia.
"Mulai bertanya tentang cara-cara untuk memasarkan batik atau informasi pameran yang bisa diikuti UMKM dari Indonesia," katanya.
Komunikasi tersebut akhirnya memperoleh respon dari sejumlah negara yang menyampaikan ketertarikannya terhadap batik.
Usai komunikasi yang terjalin itu, kata dia, UMKM batik yang didukung oleh Pemerintah Kota Semarang kemudian mengikuti pameran di luar negeri, seperti Belanda serta Tiongkok.
CLA Group, lanjut dia, memfasilitasi pengiriman batik dari berbagai UMKM ke luar negeri.
Termasuk, kata dia, upaya mendatangkan kain sebagai bahan baku batik dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan UMKM batik.
Ia menuturkan batik sebagai warisan asli budaya Indonesia ini sangat diminati di luar negeri.
"Meski hanya pernik-pernik, batik sangat diminati di luar negeri," tambahnya.